STROKE
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ILMU SYARAF ini dengan judul “ Stroke“. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Syaraf Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Fort De Kock Bukittinggi.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bukittinggi, September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).
Batasan yang dikemukakan oleh WHO Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular Disease tahun 1989, stroke secara klinis adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktik, stroke (bahasa Inggris) umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPD), mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak.
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Stroke
2. Jenis/ Bentuk/ Klasifikasi Stroke
3. Faktor Resiko
4. Mekanisme Kausal Terjadinya Penyakit
5. Tanda dan Gejala Klinis
6. Diagnosis
7. Upaya Pencegahan
8. Pengobatan
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Syaraf
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Stroke
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengembalian kesehatan orang yang terkena Stroke.
4. Untuk mengetahui cara penyembuhan Stroke.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI
WHO mendefinisikan bahwa Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Batasan yang dikemukakan oleh WHO Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular Disease tahun 1989, stroke secara klinis adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu. Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktik, stroke (bahasa Inggris) umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPD), mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).
Pengertian Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana Stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.
Sumber lain menyebutkan bahwa Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Stroke atau Cerebral Vaculer Accident (CVA) adalah gangguan dalam sirkulasi intracerebral yang berkaitan insuffiency, trombosit, emboli, atau perdarahan. Penyakit serebrovaskuler/stroke menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah otak. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.
2.2 KLASIFIKASI STROKE
Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua macam, yakni:
1. Cerebral haemorrhage (stroke hemorajik), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun biasa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak di bagi dua yaitu :
a) Perdarahan intraserebral, pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang di sebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen,talamus,pons dan serebelum.
b) Perdarahan subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atsu AVM . aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak , meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiprase , gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain). Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga tibul nyeri kepala hebat.sering pula di jumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penuurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain).
Pada Stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus Stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
Gambar hemorrhagic Stroke
2. Stroke Non Hemoragik yaitu stroke yang terjadi karena sumbatan pembuluh darah.
Dapat berupa iskemik atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemik yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakitnya :
a. TIA (transient ischemic attoks)
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. RIND (reversible iskemik neurologik defisit)
Terjadi lebih lama dari pada TIA , gejala hilang < 24 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
c. Progesif stroke inevaluation
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai akut munculnya gejala makin lama semakin buruk proses pregresif berupa jam sampai beberapa hari
d. Stroke komplet (stroke lengkap)
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali oleh serangan TIA berulang.
Pada Stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami Stroke jenis ini. Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
1. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Dilihat dan gejalanya, stroke terbagi menjadi tiga macam, yakni:
1. Stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam).
2. Stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu).
3. Stroke berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh total, bahkan dalam beberapa bulan (tahun) bisa mengakibatkan kematian.
2.3 FAKTOR RESIKO
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah Stroke disebut dengan Faktor Risiko Stroke. Faktor resiko medis penyakit tersebut di atas antara lain disebabkan oleh:
1. Hipertensi,
2. Penyakit Jantung,
3. Diabetes Mellitus,
4. Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah),
5. Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
6. Riwayat Stroke dalam keluarga,
7. Migrain.
Faktor resiko perilaku, antara lain:
1. usia lanjut,
2. obesitas,
3. merokok (pasif/ aktif),
4. Alkohol,
5. Mendengkur,
6. Narkoba,
7. Kontrasepsi oral,
8. suku bangsa (negro/spanyol),
9. jenis kelamin (pria),
10. Makanan tidak sehat (junk food, fast food),
11. kurang olah raga.
2.4 MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT
Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan Stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan Stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
2.5 TANDA DAN GEJALA KLINIS
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala Stroke terbagi menjadi berikut:
1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal Stroke. Pada sumber lain tanda dan gejala Stroke yaitu:
• Adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
• Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar
• Mulut, lidah mencong bila diluruskan
• Gangguan menelan : sulit menelan, minum suka keselek
• Bicara tidak jelas (pelo), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat dimengerti atau tidak dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap
• Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
• Tidak memahami pembicaraan orang lain
• Tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami tulisan
• Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun
• Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
• Hilangnya kendalian terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari
• Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil
• Menjadi pelupa ( dimensia)
• Vertigo ( pusing, puyeng ), atau perasan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas
• Awal terjadinya penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau bangun tidur
• Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat
• Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh
• Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang
• Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau tertawa
• Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
• Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh
• Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke
1. Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa :
a. Defisit neurologis mendadak , didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi.
b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun
d. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan ( biasanya hemiparesis ) yang timbul mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik )
c. Perubahan mendadak pada status mental ( konfusi, delirium , latergi, stupor, atau koma )
d. Afasia ( tidak lancar atau tidak dapat bicara )
e. Disatria ( bicara pelo atau cadel )
f. Ataksia ( tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran )
g. Vertigo ( mual dan muntah atau nyeri kepala )
2.7 DIAGNOSIS
Stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus Stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus Stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus Stroke hiperakut.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari Stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.
2.8 PENCEGAHAN
Stroke sangat dapat dicegah, hampir 85% dari semua Stroke dapat dicegah , karena ancaman Stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat Stroke. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.
Meskipun hanya terserang stroke sementara, namun dianjurkan pada penderita untuk cepat-cepat ke rumah sakit atau dokter terdekat. Penanganan dokter atau pihak rumah sakit tersebut akan menentukan kesembuhan penderita itu.
Sejumlah penderita dapat sembuh dan stroke, namun banyak yang meninggal atau mengalami cacat permanen (kelumpuhan, gangguan bicara dan kehilangan sebagian daya ingat). Stroke hemorajik memiliki probabiliitas lebih besar sebagai penyebab cacar atau kematian ketimbang stroke iskemik.
Seorang yang pernah mengalami stroke ringan bisa mendapatkan serangan stroke ulangan. Bahkan risiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dan lima penderita akan mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring perkembangan pengobatan stroke, risiko berulangnya penyakit itu bisa dikurangi.
Asam asetil salisilat yang banyak dipakai oleh penderita stroke iskemik (TIA) dapat mengurangi risiko stroke sekunder sebesar 25 – 33 %. Operasi untuk menghilangkan sumbatan pada arteri karotid yang mengalirkan darah ke otak juga dapat mengurangi risiko stroke pada penderita stroke iskemik (TIA). Akan tetapi hanya sebagian kecil penderita yang dapat menjalani operasi in Obat-obat anti pembekuan darah dapat pula digunakan untuk mengurangi risiko stroke yang dikarenakan gangguan irama jantung. Namun, hanya sebagain kecil penderita yang menerimanya. Siapapun tidak akan pernah tahu kapan stroke datang.
Tapi, langkah-langkah pencegahan di bawah ini mungkin bisa menjadi angin segar bagi semua orang :
+ Rutin memeriksa tekanan darah
Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat, segera konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus diwaspadai adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka terbawah adalah 85.
+ Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation)
Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak jantung yang mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran darah itu mengakibatkan stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.
+ Berhenti merokok dan anti alkohol
Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Sebagaimana rokok, alkohol dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit lain seperti liver.
+ Periksa kadar kolesterol dalam tubuh
Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika kolesterol tinggi, maka segeralah untuk menurunkannya dengan memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam tubuh tidak berlebihan, maka gantilah asupan lemak jenuh dengan asupan asam lemak tak jenuh, seperti: omega 3, 6 dan 9.
+ Kontrol kadar gula darah
Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke. Jika Anda penderita diabetes, konsultasilah dengan seorang dokter mengenai makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan gula darah.
+ Olah raga teratur
Jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf, atau tenis. Pilih olahraga yang Anda sukai dan lakukan secara teratur tiga kali seminggu.
+ Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak
Kurangi konsumsi garam bersodium tinggi. Sebaliknya konsumsilah buah, sayuran, dan gandum untuk mengurangi risiko stroke.
+ Waspadai gangguan sirkulasi darah
Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dan jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini dapat diobati. Operasi pula mampu mengatasi tumpukan lemak yang menghambat pembuluh arteri.
Namun dapat kita kelompokkan pencegahan stroke dalam beberapa bagian yaitu :
1. Pencegahan Stroke Primordial / awal
Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi individu yang belum mempunyai faktro risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik.
2. Pencegahan Primer
Tujuan primer adalah mengurangi timbulnya factor risiko stroke bagi individu yang mempunyai factor risiko tetapi belum menderita stroke denfan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain :
a. Menghindari merokok, stress mental, alcohol , kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kpkain, dan sejenisnya.
b. Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan seperti jeroan, daging berlemak, goring-gorengan.
c. Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium, ikan,serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen( vit.C,E,B6,,B12 dan beta karoten), the hijau dan the hitam serta buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Mengendalikan factor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus,penyakit jantung dan lain-lain.
e. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur, minimal jalan kaki selama 30 menit, cukup istirahat dan check up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi yang berumur 35 tahun dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun.
3. Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat stroke, dianjurkan:
a. Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai
b. Diabetes milletus : diet, obat hipoglikemik oral/insulin
c. Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral)
d. Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
e. Berhenti merokok
f. Hindari alcohol, kegemukan dan kurang gerak
g. Polisitemia
h. Asetosal ( asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama. Tiklopidin diberikan pada penderita yang tidak tahan asetosal.
i. Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan factor risiko penyakit jantung dan kondisi koagulopati yang lain
j. Tindakan bedah lainnya
4. Pencegahan Tertier
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada dampak pasien dan orang yang merawat.
2.9 PENGOBATAN STROKE
1. Non Farmakologi (non pembedahan)
a. Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan riwayar ulkus , uremia dan kegagalan hepar . sodium heparin di berikan secara subkutan atau melalui IV drip.
b. Penytonin (dilantin) dapat di gunakan untuk mencegah kejang .
c. Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untk lebih dulu untuk menghancurkan trombotik dan embolik
d. Epsilon-aminocaproic acid (amicar) dapat digunakan untuk stabilkan bekuan di atas anurisma yang ruptur.
e. Calcium channel blocker (nimodipine) dapat di berikan untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah.
2. Farmakologi (pembedahan)
a. Karotid endarterektomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b. Superior temporal arteri – middle serebral arteri anastomisis dengan melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang di pengaruhi.
Jika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya pasien mengalami TIA , maka dapat diberikan obat antiplatelet. Obat- obat termasuk Parasantine
• Boehringer Ingelheim,
• Riggefield , CT
• Anturane (ciba Pharmaceutical Co Summit NJ) dan
• aspirin.
Obat-obat mengurangi perlekatan platelet dan diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa trombolitik atau embolitik dimasa mendatang. Obat-obatan antiplatelet merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti halnya pada heparin.
Bloker saluran kalsium seperti nimodipin dapat digunakan untuk mengobati vasospasme serebral. Obat-obatan ini merileksasikan otot polos pembuluh darah. Vasospasme merupakan peristiwa yang paling umum setelah terjadnya rupture aneurisme serebral. Trental (pentoksifiline Hoechst Roussel Pharmaseuticals Somerville NJ) dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapilar mikrosirkulasi , sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami iskemi.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:
• 1/3 –> bisa pulih kembali,
• 1/3 –> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang,
• 1/3 sisanya –> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke. Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
2.10 PENATALAKSANAAN STROKE
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
2.11 PERBEDAAN STROKE DENGAN PENYAKIT BELL’S PALSY
BANYAK orang menganggap serangan bell’s palsy sebagai stroke. Padahal dua penyakit ini sangat berbeda karena bell’s palsy tidak disertai kelemahan anggota gerak seperti stroke.
Seperti stroke, penyakit ini biasanya menyerang secara tiba-tiba. Lagi-lagi pascaserangan, beberapa penderita mengalami gangguan seperti pascastroke. Gangguan tersebut antara lain wajah tidak simetris, mulut mencong, hingga kelopak mata tak bisa menutup sempurna. Bell palsy adalah penyakit yang ditemukan oleh Sir Charles Bell, seorang ahli bedah Skotlandia yang menemukan penyakit ini pada abad ke-19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam.
Walaupun demikian, wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan, serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Itulah yang membuat penyakit ini dianggap sebagai stroke.
Pada beberapa kasus serangan bell’s palsy disertai dengan hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdengung, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang terjadi diawali nyeri pada telinga yang sering kali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, kanan atau kiri termasuk wajah. Sedangkan pada bell’s palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang berada di daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60 persen bagian depan lidah dan sebagian telinga, itulah sumber serangan bell’s palsy. serangan bell’s palsy sering terjadi ketika seseorang baru bangun dari tidur.
Biasanya wajah terasa mencong sebelah dan salah satu mata sulit ditutup dengan rapat. Ketika mencoba untuk minum, air akan keluar dari mulut karena saraf bagian wajah tidak bisa digerakkan dengan normal. “Bedanya dengan stroke, bell’s palsy tidak diiringi dengan kelumpuhan separo badan. bell’s palsy hanya menyerang bagian wajah,” tutur dokter yang berdomisili di Kelapa Gading tersebut.
Bell’s palsy, menurut dia, juga dapat terjadi pada pria atau wanita dengan segala usia. Penyakit ini disebabkan kerusakan saraf fasialis yang bisa pula diawali radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti. Kendati demikian, para ahli meyakini infeksi virus herpes simpleks sebagai penyebabnya. Dengan begitu, terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.
Sekitar 80-85 persen kasus bell’s palsy, dapat sembuh dalam tiga bulan. Akan tetapi, beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12.
Terapi adalah cara tepat untuk penyembuhan. Mata adalah bagian yang harus diperhatikan pada penderita bell’s palsy. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna yang tentu saja menimbulkan masalah baru, seperti iritasi serta infeksi mata. Untuk mencegah infeksi, berikan air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif. “Yang harus juga diperhatikan adalah melakukan latihan wajah. Lakukan minimal dua atau tiga kali sehari dan perhatikan pula kualitas latihan wajah,” kata dia.
Pada fase akut, latihan dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah. Pijatan ini bisa meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal agar menggerakkan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.
2.12 PEMERIKSAAN FISIK PADA STROKE
a)Keadaan umum
(1)Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
(2)Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
(3)Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)Pemeriksaan integumen
(1)Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
(2)Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
(3)Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c)Pemeriksaan kepala dan leher
(1)Kepala : bentuk normocephalik
(2)Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
(3)Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d)Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f)Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus : Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g)Pemeriksaan ekstremitas : Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h)Pemeriksaan neurologi : Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2 komentar:
A Beginner's Guide to Baccarat - WORRione
Baccarat is a simple game worrione to learn from beginners. A lot of 제왕 카지노 people 샌즈카지노 don't know what this means, just read online and start playing
Casino Games - JS Hub
You may enjoy casino games online. There are a lot of different games that you can 정읍 출장안마 play at 춘천 출장마사지 different 용인 출장샵 casinos online, and you'll be able to 영천 출장안마 select Rating: 4.5 · 17 votes · Price 충주 출장안마 range: $
Posting Komentar