I. Pengertian Empati
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat di defenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Beberapa ahli mengatakan defenisi empati yaitu :
a. Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
b. Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungann yang saling mempercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasan orang lain secara tepat.
c. Alfred Adler menyebut empati sebagai penerimaan terhadap perasaan orang lain dan meletakkan diri kita pada tempat orang itu. Empathy berarti to feel in, berati merasakan betapa dalamnya perasan orang itu.
d. Tubesing memandang empati merupakan identifikasi sementara terhadap sebagian atau sekurang kurangnya satu segi dari pengalaman orang lain. Berempati tidak melenyapkan ke “aku”an kita. Perasaan kita sendiri takkan hilang ketika kita mengembangkan kemampuan untuk menerima pula perasaan orang lain yang juga tetap menjadi milik orang itu. Menerima diri orang lain pun tidak identik dengan menyetujui perilakunya. Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan, pengadilan, pemberian nasihat apalagi keputusan. Dalam berempati, kita berusaha mengerti bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup pribadinya, siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dalam dunianya.
e. Menurut Jalaludin Rakhmat bahwa :
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan.
f. Menurut Sigmund Freud bahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.
II. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Empati
Beberapa faktor baik psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati adalah sebagai berikut, antara lain :
a. Sosialisasi
Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain.
b. Perkembangan Kognitif
Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa di katakan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain ( berbeda )
c. Mood dan Feeling
Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan prilaku orang lain.
d. Situasi dan Tempat
Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu, seseorang dapat berempati lebih baik di banding situasi yang lain.
e. Komunikasi
Pengungkapan empati di pengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidak pahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.
III. Teknik Teknik Mengasah Empati
Kemampuan empati harus selalu di latih atau di asah sejak dini. Bahkan, meskipun usia seseorang telah beranjak dewasa, harus tetap melatih empati. Ada beberapa langkah yang di lakukan agar kemampuan empati kita terbentuk antara lain :
1. Rekam semua emosi pribadi
Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun negatif, misalnya sedih, senang, bahagia, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman pengalaman tersebut apabila kita catat atau rekam akan membantu kita memahami perasaan yang sama saat kondisi tertentu menjumpai kita kembali. Di samping itu ketika kita mengetahui perasaan tersebut sedang di alami seseorang/orang lain, kita dapat memahami kondisi tersebut sehingga kita dapat memperlakukannya sesuai dengan apa yang di harapkannya. Cara mencatat atau merekamnya dapat berupa tulisan atau sekedar mengingat ingat dalam alam sadar kita.
Untuk menyempurnakan langkah di atas, ada baiknya memperhatikan cara lebih spesifik, sebagai berikut :
a. Membangkitkan kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emosi
b. Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain
c. Membantu memahami perspektif orang lain selain dari sudut pandangnya sendiri
2. Perhatikan lingkungan luar ( orang lain )
Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak informasi tentang kondisi orang di sekitar kita. Informasi ini sangat penting untuk di jadikan panduan dalam mengambil pilihan prilaku tertentu. Informasi ini juga dapat di jadikan pembanding dengan diri kita tentang apa yang sedang terjadi, sehingga kita dapat mengetahui apakah perasaan dan prilaku kita sudah sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Memperhatikan orang lain merupakan ketrampilan tersendiri yang tidak semua orang menyukainya. Memperhatikan tidak sekedar melihat orang perorang tetapi juga mencoba menghilangkan perasaan perasaan subyektif kita saat memperhatikan, sehingga akan muncul keinginan untuk mendalami perasaan orang yang kita lihat tersebut.
3. Dengarkan curhat orang lain
Mendengarkan adalah sebuah kemampuan penting yang sering di butuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang di hadapi oleh orang lain. Kemampuan mendengarkan juga harus dilatih agar memberikan dampak yang positif dalam interaksi sosial kita. Syarat yang di butuhkan untuk dapat mendengarkan adalah menghilangkan atau meminimalkan perasaan negatif atau prasangka terhadap obyek yang menjadi sasaran dengar. Di samping itu juga perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk orang lain, khususnya dengan memberikqan kesempatan orang lain untuk berbicara yang dia inginkan tanpa kita potong sebelum selesai pembicaraannya. Mendengar keluh kesah atau cerita gembira orang lain akan mampu memberikan pengalamanlain dalam suasana hati kita. Mendengarkan cerita sedih akan mampu mebawa kita ke dalam suasana hati orang lain yang sedang bersedih dan dapat membangkitkan keinginan untuk memahami masalah dan atau perasaan orang tersebut. Begitu pula perasaan yang lain. Semakin banyak cerita, masalah dan ungkapan perasaan yang kita dengarkan akan membuat kita semakin kaya dengan pengalaman tersebut dan pada akhirnya semakin mengetahui bagaimana cara memahami orang lain atau perasaanya.
4. Bayangkan apa yang sedang di rasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita
Membayangkan sebuah kejadian yang di alami orang lain akan menarik diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang di alami orang tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang sedang di alami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana emosional. Membayangkan sebuah kondisi tersebut dapat lebih mudah manakala kita pernah mengalami perasaan atau kondisi yang sama. Seseorang yang sering membayangkan apa yang di alami atau di rasakan orang lain dan akibat yang akan di timbulkan manakala hal tersebut terjadi pada diri kita saat kejadian atau setelah kejadian akan memudahkan kita merasakan suasana emosi seseorang manakala melihat kejadian kejadian yang berkaitan dengan situasi penuh dengan emosi emosi tertentu.
5. Lakukan Bantuan Secepatnya
Memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang orang yang membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan melatih kemampuan kita untuk empati. Bantuan yang kita berikan tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita berusaha memberikan segenap kemampuan kita saat melihat atau menyaksikan orang orang yang membutuhkan. Pertolongan yang kita berikan akan menstimulus keadaan emosi kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang yang kita beri pertolongan dan semakin sering kita memberikan respon dengan cepat akan semakin mudah kita mengembangkan kemampuan empati kepada orang lain.
IV. Manfaat Dari Empati
Ada beberapa manfaat yang dapat kita temukan dalam kehidupan pribadi dan sosial manakala kita mempunyai kemampuan berempati, di antaranya :
1. Menghilangkan sikap egois
Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika kita dapat merasakan apa yang di rasakan orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan memahami prilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan berprilaku hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan berprilaku yang dapat di terima juga oleh orang lain serta akan mudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita akan berhati hati dalam mengembangkan sikap dan prilaku kita sehari hari, khususnya jika kita berada pada kondisi yang membutuhkan pertolongan kita.
2. Menghilangkan kesombongan
Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang terjadi pada orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita membayangkan kondisi tersebut maka kita akan terhindar dari kesombongan atau tinggi hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika tuhan menghendaki. Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga orang yang memiliki kemampuan empati akan cenderung memiliki jiwa rendah hati dan senantiasa memahami kehidupan ini dengan baik.
3. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri
Pada dasarnya empati adalah suatu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya merupakan bagian dari bagaimana kita merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol diri yang baik artinya kita akan senantiasa berhati hati dalam melakukan perbuatan atau memahami lingkungan sekitar kita..
Akhirnya kita akan bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki karakteristik kemampuan empati, jika memiliki beberapa syarat berikut :
a. Melibatkan proses pikir secara utuh dengan segala macam resiko perbedaan pendapat, rasa, bahkan kemungkinan konflik. Melalui pengolahan terus menerus maka individu bisa mengenal status perasaannnya, lalu kuat berempati dan kemudian memanfaatkan emosinya dalam kehidupan kerja
b. Mampu bertindak seperti :
Mampu menerima sudut pandang orang lain
Individu mampu membedakan antara apa yang di katakan atau di lakukan orang lain dengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri. Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang, kemampuan untuk menerima sudut pandang orang lain dan pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat sehingga ia mampu memberikan perlakuan dengan cara yang tepat
Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
Individu mampu mengidentifikai perasaan perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang di tampakkan, misalnya nada bicara, gerak gerik dan ekspresi wajah. Kepekaan yang sering di asah akan dapat membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi orang lain, bukan sekedar pengakuan saja.
Mampu mendengarkan orang lain
Mendengarkan merupakan sebuah keterampilan yang perlu di miliki untuk mengasah kemampuan empati. Sikap mau mendengar memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan orang lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan yang terjadi.
V. Cara Meningkatkan Empati
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seseorang begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu:
1. Peduli, perhatian dari kita kepada orang lain dalam hal ini adalah komunikan, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga orang lain dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit tempat perawat mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan kita akan lebih tangguh dan hebat.
Di dalam bidang kesehatan, misalnya keperawatan, apabila seorang perawat telah melaksanakan cara tersebut, dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.
Contoh:
“Pagi pak atau bu’ bagaimana kabarnya, masih demam pak, bagaimana tidurnya semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini akan muncul di keseharian seorang perawat entah dia berada di pelosok desa atau rumah sakit besar.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.
BAB III
KESIMPULAN
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat di defenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Menurut Jalaludin Rakhmat bahwa : Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan.
Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
Beberapa faktor baik psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati adalah sebagai berikut, antara lain :
a. Sosialisasi
b. Perkembangan Kognitif
c. Modal dan Feeling
d. Situasi dan Tempat
e. Komunikasi
Kemampuan empati harus selalu di latih atau di asah sejak dini. Bahkan, meskipun usia seseorang telah beranjak dewasa, harus tetap melatih empati. Ada beberapa langkah yang di lakukan agar kemampuan empati kita terbentuk antara lain :
a. Rekam semua emosi pribadi
b. Perhatikan lingkungan luar
c. Dengarkan curhat orang lain
d. Bayangkan apa yang dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita
e. Lakukan bantuan secepatnya
Ada beberapa manfaat yang dapat kita temukan dalam kehidupan pribadi dan sosial manakala kita mempunyai kemampuan berempati, di antaranya :
a. Menghilangkan sikap egois
b. Menghilangkan kesombongan
c. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri
1 komentar:
Posting Komentar