TUGAS KDM-KEHILANGAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFINISI KEHILANGAN
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian ( Potter & Perry, 2005).
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan adalah penarikan sesuatu dan atau seseorang stau situasi yang berharga / bernilai , baik sebagai pemisahan yang nyata maupun yang diantisipasi.
Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi melalui proses berduka. Kehilangan terjadi apabila sesuatu atau seseorang tidak dapat lagi di temui,diraba,didengan,diketahui,atau dialami. Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak menimbulkan distress yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan kita. Namun demikian setiap individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota keluarga mungkin menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan, tetapi bagi seseorang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebabkan distres emosional yang lebih besar dibanding dengan sodaranya yang sudah tidak pernah ketemu selama bertahun-tahun. Tipe kehilangan penting artinya untuk proses berduka : Namun perawat harus mengenali bahwa setiap interpretasi seseorang tentang kehilangan sangat bersifat individualistis.
Kehilangan dapat bersifat actual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat actual dapat dengan mudah di identifikasikan, misalnya seorang anak yang teman sepermainnya pindah rumah atau seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat bercerai. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan daapat di salah artikan, seperti kehilangan kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam makna kata yang hilang, maka makin besar rasa kehilangan tersebut. Klien mungkin mengalami kehilangan maturasional ( Kehilangan yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk pertama kalinya ), Kehilangan situasional ( Kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dalam merespon kejadian eksternal, spresifik, seperti kematian mendadak orang yang dicintai ), atau keduanya. Anak yang mulai belajar berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya, wanita yang menopause kehilangan kemampuan untuk mengandung, dan seorang pria yang tidak bekerja mungkin kehilangan harga dirinya.
2.2  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN
a.       Perkembangan .
- Anak- anak.
* Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.

* Belum menghambat perkembangan.

* Bisa mengalami regresi
- Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup, menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.

b. Keluarga.

Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya menunjukan sikap
kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.

c. Faktor Sosial Ekonomi.

Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati kehilangan
orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa mengganggu
kelangsungan hidup.

d. Pengaruh Kultural.

Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap kesedihan adalah
sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak
ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa mengekspresikan kesedihan harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.

e. Agama.

Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan akan kematian.
f. Penyebab Kematian
.Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan
diasosiasikan dengan kesialan.
2.3 TIPE KEHILANGAN
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu :
1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai
2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
     2.4    JENIS – JENIS KEHILANGAN
    Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu:
a.       Kehilangan Objek Eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang, berpindah tempat, di curi,atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang anak benda tersebut mungkin berupa boneka atau selimut, begi seorang dewasa mungkin berupa perhiasan atau aksesori pakaian. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
b.      Kehilangan Lingkungan Yang Telah Dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal mancakup meninggalkan lingkungan yang telah dikenal selama periode tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya termasuk ke kota baru, atau perawatan di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal dapat terjadi melalui situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah keruang perawatan, atau situasi situasional, contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau mengalami cedera atau penyakit.
c.       Kehilangan Orang Terdekat
Orang terdekat mencakup orang tua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung guru,pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja,. Artis atau atlet yang terkenal mungkin menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset telah menunjukan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan , pindah, melarikan diri, promosi di tempat kerja, dan kematian.

d.      Kehilangan Aspek Diri
Kehilangan aspek diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologi, atau psikologis. Kehilangan bagian tubuh dapat mencakup anggota gerak, mata, rambut, gigi, payudara. Kehilangan fungsi fisiologis mencakup kehilangan control kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan , atau fungsi sensoris. Kehilangan Fungsi psikologis termasuk kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respek, atau cinta. perkembangan, atau situasi. Kehilangan seperti ini dapat menurunkuan kesejahteraan individu,. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan,akibat kehilangan, tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
e.       Kehilangan Hidup
Doka ( 1993 ) menggambarkan respons terhadap penyakit yang mengancam hidupke dalam 4 fase. Fase prediagnostik terjadi ketika di ketahui ada gejala klien atau factor resiko penyakit. Fase akut berpusat pada krisisdiagnosis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusan, termasuk medis interpersonal, psikologis seperti halnya  cara menghadapi awal krisis penyakit. Dalam fase kronis klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya, yang sering melibatkan serangkaian krisis yang di akibatkannnya. Akhirnya terjadi pemulihan atau fase terminal. Kadang dalam fase akut atau kronis seseorang dapat mengalami pemulihan. Klien yang mengalami fase terminal ketika kematian bukan lagi halnya kemungkinan,tetapi itu sudah pasti terjadi. Pada setiap hal dari penyakit ini klien dan keluarga dihadapkan dengan kehilangan yang beragam dan terus berubah.
    2.5   Rentang Respon Kehilangan
Denia l—–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi ——> Acceptance
•         Fase Denial ( menyangkal )
Menyangkal adalah respons segera terhadap kehilangan baru atau kehilangan yang mengancam.
Respon fisiologis dapat mencakup kelemahan muscular, tremor, menghela napas, ruam kulit, atau dingin dan pucat, berkeringat banyak, anoreksia, dan ketidaknyamanan.
Implikasi Keperawatan: Dukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan. Tawarkan diri untuk tetap bersama klien, tanpa mendiskusikan alas an perilaku atau kebutuhan untuk mengatasi, kecuali klien mengawalinya. Tawarkan klien perawatan dasar seperti makanan, minuman, oksigensi, kenyamanan, dan keamanan.
•         Fase Anger atau Marah
Individu mengekspresikan marah dan di tunjukan kepada keluarga, staf perawta, dokter, atau yang maha kuasa. Yang kedua dapa mengekspresikan marah yang di tunjukan pada orang yang mati. Marah dapat mencetuskan rasa bersalah dan mengarah pada ansietas dan menurunkan harga diri.
Implikasi Keperawatan: Berikan pedoman antisipasi tentang perasaan dan intensitasnya yang mereka alami sebagai bagian dari kedukaan. Fokuskan terutama poada kemarahan,Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Penuhi kebutuhan yang menyebabkan respons marah. Berikan dorongan kepada klien dan keluarganya untuk mengekspresikan perasaan mereka.
•         Fase Bergaining ( Tawar Menawar )
Individu berkeinginan untuk melakukan apa saja untuk menghindari kehilangan atau mengubah prognosis atau nasib.Individu membuat penawaran dengan yang maha kuasa. Individu menerima bentuk terapi baru.
Implikasi Keperawatan: Beriakan informasi yang di perlukan untuk membuat keputusan.
•         Fase Depresi
Realitas dan sifat katetapan dari kehilangan telah dikenali. Kebingungan, kurang motivasi, tidak menunjukan minat, tidak membuat keputusan, dan menangis adalah umum. Menarik diri dari hubungan dan aktivitas sering terjadi. Individu dapat menjadi pendiam dan tidak komunikatif. Timbul perasaan kesepian, Mulai mengenang tentang masa lalu dan benda yang hilang. Individu kehilangan minat dalam pena,pilan. Individu melakukan bunuh diri,atau berperilaku tidak sehat seperti penggunaan obat secar berlebihan.
Implikasi Keperawatan: Berikan dukungan dan empati. Dukung menangis dengan memberikan sentuhan yang mengomunikasikan kepedulian. Mendengarkan dengan penuh perhatian, mengkaji resiko yang membahayakan diri dan rujuk ke tetangga professional kesehatan mental jika di perluklan.

•         Fase Akomodasi
Individu menerima kehilangan dan kematian dan mulai merencanakan hal tersebut. Individu dapat berbagi perasaan tentang kehilangan. Mengenang kejadian masa lalu, Terjadi periode depresi, waktu yang baik untuk mulai membandingkan dengan waktu buruk. Hidup mulai menjadi stabil.
Implikasi Keperawatan: Berikan kesempatan untuk berbagi perasaan secara verbal, dalam bentuk tulisan, bentuk seni, atau dengan rekaman. Biarkan dan dorong pengungkapan sesering yang klien ingin lakukan, tunjukan penerimaan kelabilan perasaan klien, bantu dalam mendiskusikan rencana masa mendatang.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
2.6  DUKA CITA
      Pengertian Duka Cita.
      Duka cita adalah proses mengalami reaksi psikologis, social, dan fisik terhadap kehilangan yang di persepsikan ( Rando, 1991 ). Respon ini termasuk keputusasaan, kesepian, ketidak berdayaan, kesedihan, rasa bersalah, dan marah.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Berkabung adalah proses yang mengikuti suatu kehilangan dan mencakup berupaya untuk melewati duka cita. Proses duka cita dan berkabung bersifat mendalam, internal, menyedihkan, dan berkepanjangan.
    Duka cita mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Tujuan duka cita adalah untuk mencapai fungsi yang lebih efektif dengan menintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman hidup klien.Pencapaian ini membutuhkan waktu dan upaya. Istilah “ Upaya melewati duka cita” berasal dari seorang psikiater Erich Lindemann ( 1965 ) yang menggambarkan tugas dan proses yang harus di selesaikan dengan berhasil agar duka cita terselesaikan. Orang yang mengalami duka cita mencoba berbagai strategi untuk menghadapinya. Worden ( 1982 ) menggaris bawahi 4 tugas dukacita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap kehilangan, dan Harper ( 1987 ) merancang tugas dalam akronim “ TEAR” :
1.      T – Untuk menerima realitas dari kehilangan
2.      E – Mengalami kepedihan akibat kehilangan
3.      A – Menyesuaikan lingkungan yang tidak lagi mencakup orang, benda, atau aspek diri yang hilang.
4.      R – Memberdayakan kembali energy emosional ke dalam hubungan yang baru.
Tugas ini tidak terjadi dalam urutan yang khusus. pada kenyataannya, orang yang berduka mungkin melewati keempat tugas tersebut secara bersamaan, atau hanya satu atau dua yang menjadi prioritas.
    2.7 Respon Dukacita Khusus
        ada dua respon dukacita khusus,yaitu:
a.       Dukacita adaptif
Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi, perencanaan, dan pengenalan psikososial. Hal ini dimulai dalam merespon terhadap kesadaran tentang suatu ancaman kehilangan dan pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan dengan masa lalu, saat ini dan masa mendatang. Duka cita yang adaptif terjadi pada mereka yang menerima diagnosis yang mempunyai efek jangka panjang terhadap fungsi tubuh, seperti pada lupus eritomatosus sistemik. Klien merasa sehat ketika didiagnosis tetapi mulai berduka dalam merspon informasi kehilangan dimasa mendatang yang berkaitan dengan penyakit. Dalam situasi seperti ini, duka cita adaptif dapat mendalam lama dan dapat terbuka. Duka cita adaptif bagi klien menjelang ajal mencakup melepas harapan impian, dan harapan terhadap masa mendatang.

b.      Dukacita Terselubung
Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami kehilangan yang tidak atau tidak dapat dikenali, rasa berkabung yang luas,  atau didukung secara social. Dukacita mungkin terselubung dalam situasi dimana hubungan anatara yang berduka dan meninggalkan tidak di dasarkan pada ikatan keluarga yang dikenal. Dukacita ini mencakup teman, pemberi perawatan, dan rekan kerja atau hubungan non tradisional, seperti hubungan diluar perkawinan. Keunikan dari dukacita terselubung menimbulkan situasi dimana perawat sering menjadi pengganti social dan kekeluargaan bagi klien. 
    2.8 Konsep Dan Teori Berduka
Dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan. Perilaku dan perasaan yang berkaitan dengan proses berduka terjadi pada individu yang menderita kehilangan seperti perubahan fisik atau kematian teman dekat. Proses ini juga terjadi ketika individu menghadapi kematian mereka sendiri.
Tidak terdapat cara yang tepat untuk berduka. Konsep dan teori  berduka hanya cara yang dapat di gunakan untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan merencanakan intervensi untuk membantu mereka memahami duka cita dan meghadapinya.



Penjelasan teori:
1.      Teori Engel
Pada fase pertama individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak bergerak, atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat mencakup pingsan, berkeringat, mual, diare, frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, dan keletihan.
Fase kedua adalah individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mengalami keputusasaan. SEcara mendadak terjadi marah, rasa bersalah, frustasi, depresi, dan kehampaan.
Dalam fase ketiga, dikenali realitas kehilangan. Mrah dan depresi tidak lagi dibutuhkan. Kehilangan telah jelas bagi individu yang mulai mengenali hidup.
2.      Teori Kubler-Ross
Pada tahap marah individu melawan kehilngan dan dapat bertindak pada seseorang dan segala sesuatu dilingkungan sekitarnya. Dalam tahapan tawar menawar terdapat penundaan realitas kehilangan. Klien seringkali mencari pendapat orang lain selama tahapan ini. Klien yang di rawat di rumah sakit mungkin menunjukan model perilaku karena percaya bahwa staf perawatan akan menemukan penyembuhan.
Tahap depresi terjadi ketika kehilangan di sadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut timbul. Seseorang merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Tahapan depresi memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah. Fase selanjutnya, di capi suatu penerimaan. Reaksi fisiologis menurun, dan interaksi social berlanjut. Kobler-Ross mendefinisikan penerimaan lebih sebagai menghadapi situasi ketimbang menyerah untuk pasrah atau putus asa.
3.      Teori Rando
Meskipun proses berduka mempunyai perjalanan yang secara umum dapat di perkirakan dan mempunyai gejala yang jelas, tidak ada dua orang individu yang berkembang melalui proses tersebut dalam cara yang sama. Rando ( 1993 ) mendefinisikan kembali respon berduka menjadi tiga ketegori: penghindaran, dimana terjadi syok, menyangkal dan ketidak percayaan ; konfrontasi , dimana terjadi luapan emosi yg sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan kehilangan mereka dan akomodasi, ketika terdapat secara bertahap penurunan kedukaan akut dan m ulai memasuki kembali secara emosional dan social dunia sehari- hari diman aklien belajar untuk menjalani hidup dengan kehilangan mereka.

    2.9 Diagnosa Keperawatan Dan Dukacita
   Pengkajian
Pengkajian tentang klien dan keluarganya dimulai dengan menggali makna kehilangan bagi mereka. Perawat mewawancarai klien dan keluarganya, dengan menggunakan komunikasi yang tulus dan terbuka ; dengan menekankan keterampilan mendengar; dan mengamati respon dan perilaku.
Perawat mengkaji bagaimana klien bereaksi dan bukan bagaimana seharusnya bereaksi. Urutan perilaku atau fase duka cita dapat terjadi secara berurutan, mungkin juga tidak urut, atau bahkan terjadi berulang. bnayak fariabel mempengaruhi duka cita.
Beberapa factor mempengaruhi cara setiap individu merespon kehilangan. Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, status ksosial ekonomi dan pendidikan mempengaruhi respon terhadap kehilangan. Sifat hubungan dengan objek yang hilang, karakteristik kehilangan, keyakinan cultural dan spiritual, system pendukung, dan potensi pencapaian tujuan mempengaruhi respon terhadap kehilangan.
  Diagnosa Keperawatan
Mengidentifikasi batasan karakteristik yang menbentuk dasar untuk diagnose akurat juga mengembangkan intervensi dalam rencana perawatan. Respon berduka yang memburuk dan memanjang harus di identifikasi. Perawat mungkin juga mendiagnosa masalah kesehatan yg umum untuk klien berduka ( misal gangguan pola tidur ).
  Perencanaan
Ketika merawat klien menjelang ajal, tanggung jawab perawat termasuk mempertimbangkan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis dan social yang unik. Perawat harus lebih toleran dan rela untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan kualitas hidup mereka.
  Implementasi
Sensitivitas terhadap klien adalah yang paling penting agar perawat dapat berfungsi secara efektif. Perawat juga harus sensitive terhadap budaya, etnisitas, gaya hidup atau kelas social klien dan keluarganya. Mereka harus sensitive terhadap keterbatasan dan sifat peran mereka sendiri. Mereka harus mengintervensi secara sensitive dan mahir ketika di perlukan. JIka klien ingin menghindari perasaan emosional yang dapat di ekspresikan ketika seseorang membentuk ikatan denga klien yang sedang melawan hidup dan mati, maka perawat harus juga sensitive terhadap kebutuhan mereka sendiri.
Merawat klien menjelang ajal dan keluarganya:
-          Peningkatkan kenyamanan
-           Pemeliharaan kemandirian
-          Pencegahan kesepian dan isolasi
-          Peningkatan ketenangan spiritual
-          Dukungan untuk keluarga yang berduka.

  Evaluasi
Meskipun penyelesaian proses dukacita membutuhkan waktu beberapa bulan atau tahun, sebagian besar klien berada di bawah perawatan perawat hanya dalam waktu singkat. Perawat mungkin menjadi frustasi ketika klien atau keluarganya mulai mengekspresikan dukacita, klien meninggalkan institusi perawatan kesehatan atau meninggal.
Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi tingkat kenyamanan klien dengan penyakit dan kwalitas hidupnya. Keberhasilan evaluasi tergantung sebagian pada ikatan yang terbentuk denganklien kecuali klien mempercayai perawat, pengekspresian dari perasaan dan kekuatiran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi. Tingkat kenyamanan klien di evaluasi dengan dasar hasil seperti penurunan nyeri, control gejala, pemeliharaan fungsi system tubuh, penyelesaian tugas yang belum terselesaikan dan ketenangan emosional.

Perawatan jenazah
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik pasien.
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien, jika pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas, perawatan jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui otopsi.
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.

Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati.
Peralatan dan Perlengkapan
1. Kasa atau perban
2. Sarung tangan
3. Penganjal dagu
4. Pads
5. Kapas
6. Plastik jenazah
7. 3 label indikasi
8. Plester
9. Tas plastik
10. Air dalam baskom
11. Sabun
12. Handuk
13. Selimut mandi
14. Kain kafan
15. Daftar barang
16. Peniti
17. Sisir
18. Baju bersih
19. Celemek
20. Bengkok
21. Tempat pakaian kotor
22. Waslap
Pelaksanaan
1. Memberitahu keluarga bahwa jenazah akan dibersihkan
2. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke jenazah
3. Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih
4. Memakai celemek dan menggunakan sarung tangan
5. Atur lingkungan sekitar tempat tidur
6. Atur tempat tidur dan dalam posisi datar
7. Tempatkan tubuh dalam posisi supinasi
8. Tutup mata jenazah, menggunakan kapas yang secara perlahan ditutupkan pada kelopak mata dan plester jika mata tidak tertutup
9. Luruskan badan, dengan lengan diletakkan menyilang pada pergelangan tangan dan menyilang abdomen. Pada beberapa RS kadang lengan disisi telapak tangan menghadap kebawah.
10. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut. Jika tidak mau tertutup, tempatkan gulungan handuk di bawah dagu agar mulut tertutup. Tempatkan bantal di bawah kepala
11. Lepaskan perhiasan dan barang berharga di hadapan keluarga. Beri label identitas
12. Jaga keamanan barang pasien
13. Bersihkan badan dengan air bersih
14. Rapikan rambut dengan sisir rambut
15. Rawat drainage dan tube yang lain
16. Ganti balutan yang kotor bila ada balutan
17. Pakaikan pakaian yang bersih untuk diperlihatkan pada keluarga. Jika keluarga meminta untuk melihat jenazah, tempatkan pada posisi tidur, supinasi, mata tertutup, lengan menyilang di abdomen.
18. Beri label identifikasi pada jenazah. Label identitas dengan nama, umur dan jenis kelamin, tanggal, nomor RS, nomor kamar, dan nama dokter.
19. Ikatkan kasa/perban atau pengikaat lain di bawah dagu dan sekitar kepala untuk menjaga agar dagu tetap tertutup. Juga ikat pergelangan tangan bersama menyilang di atas abdomen untuk menjaga lengan agar tidak jatuh. Letakkan jenazah pada kain kafan sesuai dengan peraturan RS.
20. Beri label pada bagian luar. Mengisi lengkap formulir jenazah (nama, jenis kelamin, tanggal/jam meninggal, asal ruangan,dll)
21. Pindahkan jenazah ke kamar jenazah. Beberapa RS membarkan jenazah di kamar sampai petugas kamar jenazah mengambilnya.
22. Membereskan dan membersihkan peralatan dan kamar pasien.
23. Melepaskan sarung tangan.
24. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
25. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan jenazah :
1.    Berikan barang-barang milik pasien kepada keluarga atau bawa barang tersebut ke kamar jenazah. Jika perhiasan atau uang diberikan kepada keluarga, pastikan ada petugas/perawat lain yang menemani. Minta tanda tangan dari anggota keluarga yang sudah dewasa untuk untuk vertifikasi penerimaan barang berharga.
2.    Berikan support emosional kepada keluarga yang ditinggalkan dan teman dan kepada pasien lain yang sekamar.

DIARE AKUT

PENYULUHAN DIARE AKUT
 DEFENISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang ke rumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.
EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit.
PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

DIAGNOSIS
Pendekatan Umum Diare Akut Infeksi Bakteri
Untuk mendiagnosis pasien diare akut infeksi bakteri diperlukan pemeriksaan yang sistematik dan cermat. Kepada pasien perlu ditanyakan riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, riwayat perjalanan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Manifestasi Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal.
Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri
Keracunan makanan karena stafilokokkus disebabkan asupan makanan yang mengandung toksin stafilokokkus, yang terdapat pada makanan yang tidak tepat cara pengawetannya. Enterotoksin stafilokokus stabil terhadap panas.
Gejala terjadi dalam waktu 1 – 6 jam setelah asupan makanan terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %. Demam sangat jarang terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan sel darah putih tidak terdapat pada pulasan feses. Masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam.
Diagnosis ditegakkan dengan biakan S. aureus dari makanan yang terkontaminasi, atau dari kotoran dan muntahan pasien.
Terapi dengan hidrasi oral dan antiemetik. Tidak ada peranan antibiotik dalam mengeradikasi stafilokokus dari makanan yang ditelan.
PENATALAKSANAAN
 Penggantian Cairan dan elektrolit
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air.  Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin. Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan.
 Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :
            - Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
            - Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
            - Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB  
KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolic.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
PROGNOSIS
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.
PENCEGAHAN
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.
Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

Empati dalam Komunikasi

I.    Pengertian Empati
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat di defenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Beberapa ahli mengatakan defenisi empati yaitu :
a.    Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
b.    Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungann yang saling mempercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasan orang lain secara tepat.
c.    Alfred Adler menyebut empati sebagai penerimaan terhadap perasaan orang lain dan meletakkan diri kita pada tempat orang itu. Empathy berarti to feel in, berati merasakan betapa dalamnya perasan orang itu.
d.    Tubesing memandang empati merupakan identifikasi sementara terhadap sebagian atau sekurang kurangnya satu segi dari pengalaman orang lain. Berempati tidak melenyapkan ke “aku”an kita. Perasaan kita sendiri takkan hilang ketika kita mengembangkan kemampuan untuk menerima pula perasaan orang lain yang juga tetap menjadi milik orang itu. Menerima diri orang lain pun tidak identik dengan menyetujui perilakunya. Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan, pengadilan, pemberian nasihat apalagi keputusan. Dalam berempati, kita berusaha mengerti bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup pribadinya, siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dalam dunianya.
e.    Menurut Jalaludin Rakhmat bahwa :
 Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan.
f.    Menurut Sigmund Freud bahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.
II.    Faktor Yang Mempengaruhi Proses Empati
Beberapa faktor baik psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati adalah sebagai berikut, antara lain :
a.    Sosialisasi
Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain.
b.    Perkembangan Kognitif
Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa di katakan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain ( berbeda )
c.    Mood dan Feeling
Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan prilaku orang lain.
d.    Situasi dan Tempat
Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu, seseorang dapat berempati lebih baik di banding situasi yang lain.
e.    Komunikasi
Pengungkapan empati di pengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidak pahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.

III.     Teknik Teknik Mengasah Empati
Kemampuan empati harus selalu di latih atau di asah sejak dini. Bahkan, meskipun usia seseorang telah beranjak dewasa, harus tetap melatih empati. Ada beberapa langkah yang di lakukan agar kemampuan empati kita terbentuk antara lain :
1.    Rekam semua emosi pribadi
Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun negatif, misalnya sedih, senang, bahagia, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman pengalaman tersebut apabila kita catat atau rekam akan membantu kita memahami perasaan yang sama saat kondisi tertentu menjumpai kita kembali. Di samping itu ketika kita mengetahui perasaan tersebut sedang di alami seseorang/orang lain, kita dapat memahami kondisi tersebut sehingga kita dapat memperlakukannya sesuai dengan apa yang di harapkannya. Cara mencatat atau merekamnya dapat berupa tulisan atau sekedar mengingat ingat dalam alam sadar kita.
Untuk menyempurnakan langkah di atas, ada baiknya memperhatikan cara lebih spesifik, sebagai berikut :
a.    Membangkitkan kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emosi
b.    Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain
c.    Membantu memahami perspektif orang lain selain dari sudut pandangnya sendiri
2.    Perhatikan lingkungan luar ( orang lain )
Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak informasi tentang kondisi orang di sekitar kita. Informasi ini sangat penting untuk di jadikan panduan dalam mengambil pilihan prilaku tertentu. Informasi ini juga dapat di jadikan pembanding dengan diri kita tentang apa yang sedang terjadi, sehingga kita dapat mengetahui apakah perasaan dan prilaku kita sudah sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Memperhatikan orang lain merupakan ketrampilan tersendiri yang tidak semua orang menyukainya. Memperhatikan tidak sekedar melihat orang perorang tetapi juga mencoba menghilangkan perasaan perasaan subyektif kita saat memperhatikan, sehingga akan muncul keinginan untuk mendalami perasaan orang yang kita lihat tersebut.
3.    Dengarkan curhat orang lain
Mendengarkan adalah sebuah kemampuan penting yang sering di butuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang di hadapi oleh orang lain. Kemampuan mendengarkan juga harus dilatih agar memberikan dampak yang positif dalam interaksi sosial kita. Syarat yang di butuhkan untuk dapat mendengarkan adalah menghilangkan atau meminimalkan perasaan negatif atau prasangka terhadap obyek yang menjadi sasaran dengar. Di samping itu juga perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk orang lain, khususnya dengan memberikqan kesempatan orang lain untuk berbicara yang dia inginkan tanpa kita potong sebelum selesai pembicaraannya. Mendengar keluh kesah atau cerita gembira orang lain akan mampu memberikan pengalamanlain dalam suasana hati kita. Mendengarkan cerita sedih akan mampu mebawa kita ke dalam suasana hati orang lain yang sedang  bersedih dan dapat membangkitkan keinginan untuk memahami masalah dan  atau perasaan orang tersebut. Begitu pula perasaan yang lain. Semakin banyak cerita, masalah dan ungkapan perasaan yang kita dengarkan akan membuat kita semakin kaya dengan pengalaman tersebut dan pada akhirnya semakin mengetahui bagaimana cara memahami orang lain atau perasaanya.
4.    Bayangkan apa yang sedang di rasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita
Membayangkan sebuah kejadian yang di alami orang lain akan menarik diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang di alami orang tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang sedang  di alami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana emosional. Membayangkan sebuah kondisi tersebut dapat lebih mudah manakala kita pernah mengalami perasaan atau kondisi yang sama. Seseorang yang sering membayangkan apa yang di alami atau di rasakan orang lain dan akibat yang akan di timbulkan manakala hal tersebut terjadi pada diri kita saat kejadian atau setelah kejadian akan memudahkan kita merasakan suasana emosi seseorang manakala melihat kejadian kejadian yang berkaitan dengan situasi penuh dengan emosi emosi tertentu.
5.    Lakukan Bantuan Secepatnya
Memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang orang yang membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan melatih kemampuan kita untuk empati. Bantuan yang kita berikan tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita berusaha memberikan segenap kemampuan kita saat melihat atau menyaksikan orang orang yang membutuhkan. Pertolongan yang kita berikan akan menstimulus keadaan emosi kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang yang kita beri pertolongan dan semakin sering kita memberikan respon dengan cepat akan semakin mudah kita mengembangkan kemampuan empati kepada orang lain.
IV.    Manfaat Dari Empati
Ada beberapa manfaat yang dapat kita temukan dalam kehidupan pribadi dan sosial manakala kita mempunyai kemampuan berempati, di antaranya :
1.    Menghilangkan sikap egois
Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika kita dapat merasakan apa yang di rasakan orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan memahami prilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan berprilaku hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan berprilaku yang dapat di terima juga oleh orang lain serta akan mudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita akan berhati hati dalam mengembangkan sikap dan prilaku kita sehari hari, khususnya jika kita berada pada kondisi yang membutuhkan pertolongan kita.

2.    Menghilangkan kesombongan
Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang terjadi pada orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita membayangkan kondisi tersebut maka kita akan terhindar dari kesombongan atau tinggi hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika tuhan menghendaki. Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga orang yang memiliki kemampuan empati akan cenderung memiliki jiwa rendah hati dan senantiasa memahami kehidupan ini dengan baik.
3.    Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri
Pada dasarnya empati adalah suatu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya merupakan bagian dari bagaimana kita merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol diri yang baik artinya kita akan senantiasa berhati hati dalam melakukan perbuatan atau memahami lingkungan sekitar kita..
Akhirnya kita akan bisa dikatakan sebagai seseorang yang memiliki karakteristik kemampuan empati, jika memiliki beberapa syarat berikut :
a.    Melibatkan proses pikir secara utuh dengan segala macam resiko perbedaan pendapat, rasa,  bahkan kemungkinan konflik. Melalui pengolahan terus menerus maka individu bisa mengenal status perasaannnya, lalu kuat berempati dan kemudian memanfaatkan emosinya dalam kehidupan kerja
b.    Mampu bertindak seperti :
    Mampu menerima sudut pandang orang lain
Individu mampu membedakan antara apa yang di katakan atau di lakukan orang lain dengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri. Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang, kemampuan untuk menerima sudut pandang orang lain dan pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat sehingga ia mampu memberikan perlakuan dengan cara yang tepat
    Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
Individu mampu mengidentifikai perasaan perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang di tampakkan, misalnya nada bicara, gerak gerik dan ekspresi wajah. Kepekaan yang sering di asah akan dapat membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi orang lain, bukan sekedar pengakuan saja.
    Mampu mendengarkan orang lain
Mendengarkan merupakan sebuah keterampilan yang perlu di miliki untuk mengasah kemampuan empati. Sikap mau mendengar memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan orang lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan yang terjadi.
V.    Cara Meningkatkan Empati
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seseorang begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu:
1. Peduli, perhatian dari kita kepada orang lain dalam hal ini adalah komunikan, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk sehingga orang lain dapat merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit tempat perawat mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasah kemampuan empatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan kita akan lebih tangguh dan hebat.
Di dalam bidang kesehatan, misalnya keperawatan, apabila seorang perawat telah melaksanakan cara tersebut, dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.
Contoh:
“Pagi pak atau bu’ bagaimana kabarnya, masih   demam pak, bagaimana tidurnya semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini akan muncul di keseharian seorang perawat entah dia berada di pelosok desa atau rumah sakit besar.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal, ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.


BAB III
KESIMPULAN

    Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat di defenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Menurut Jalaludin Rakhmat bahwa : Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan.
Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
Beberapa faktor baik psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati adalah sebagai berikut, antara lain :
a.    Sosialisasi
b.    Perkembangan Kognitif
c.    Modal dan Feeling
d.    Situasi dan Tempat
e.    Komunikasi
Kemampuan empati harus selalu di latih atau di asah sejak dini. Bahkan, meskipun usia seseorang telah beranjak dewasa, harus tetap melatih empati. Ada beberapa langkah yang di lakukan agar kemampuan empati kita terbentuk antara lain :
a.    Rekam semua emosi pribadi
b.    Perhatikan lingkungan luar
c.    Dengarkan curhat orang lain
d.    Bayangkan apa yang dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita
e.    Lakukan bantuan secepatnya
Ada beberapa manfaat yang dapat kita temukan dalam kehidupan pribadi dan sosial manakala kita mempunyai kemampuan berempati, di antaranya :
a.    Menghilangkan sikap egois
b.    Menghilangkan kesombongan
c.    Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

PENYAKIT FILARIASIS ( Kaki Gajah )

PEMBAHASAN MATERI

A.    DEFENISI
Penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh  sejenis cacing dalam kelenjar getah bening dan mikrofilia dalam darah dan di tularan melalui gigitan nyamuk penularnya .
Di Indonesia filariasis yang sering di kenal dengan penyakit kaki gajah di sebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Brugia Malayi, Wuchereria brancrofti dan Brugia timori.  Cacing dewasa hidup di saluran limfe dan pembuluh limfe, sedangkan larva cacing (mikrofilaria)b di jumpai di dalam darah tepi penderita. B. timori belum banyak di ketahui morfologi, sifat biologi, maupun epidimiologi penyakitnya.
B.    GEJALA DAN TANDA FILARIASIS
Filariasis atau kaki gajah memiliki tanda dan gejala yaitu :”
1.    Tahap awal (akut )
•    Demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-5 hari terutama bila bekerja berat. Demam dapat sembuh sendiri  tanpa di obati.
•    Timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka badan.
•    Teraba adanya urat seperti tali yang berwarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan ke arah ujung kaki atau tangan.
2.    Tahap lanjut ( kronis )
•    Pada awalnya terjadi pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita dan lama kelamaan menjadi cacat menetap.
Baik cacing dewasa maupun larva cacing dapat menimbulkan gangguan patologik. Cacing dewasa dapat menimbulkan  limfangitis akibat terjadinya iritasi mekanik dan sekresi toksik yang di keluarkan cacing betina. Cacing yang mati selain menimbulkan limfangitis juga dapat menimbulkan obstruksi limfatik akibat terjadinya fibrosis saluran limfe dan poliferasi endotel saluran limfe. Obstruksi ini menyebabkan terjadinya varises saluran limfe, dan hidrokel.
Elefantiasis yang kronis dapat mengenai kedua lengan, tungkai, payudara, buah zakar atau vulva yang hanya di perbaiki melaui tindakan operasi.
    Untuk memastikan seseorang terjangkit penyakit kaki gajah maka perlu dilakukan pemeriksaan darah terutama pada malam hari. Bila hasil pemeriksaan darah di temukan adanya mikrofilia berarti sudah ketularan penyakit kaki gajah. Apabila tidak di lakukan pengobatan maka cacing cacing tersebut akan terus berkembang biak dan menimbulkan kerusakan kerusakan di dalam tubuh.
    Penderita penderita yang mengandung mikrofilia di dalam darahnya merupakan sumber penularan penyakit bagi penduduk yang lain. Melalui gigitan nyamuk, mikrofilia tersebut akan terhisap kedalam tubuh nyamuk sewaktu nyamuk tersebut menghisap darah penderita. Selanjutnya mikrofilia akan mengalami perkembangan selam kira kira 12 hari untuk siap di tularkan kepada orang lain bila nyamuk ini menggigit, sehingga orang tersebut akan ketularan penyakit.
    Seorang penderita kaki gajah yang menahun hidupnya akan sangat tergantung kepada orang lain. Seringnya datang demam secara berulang dengan kerusakan kerusakan jaringan tubuh penderita, maka daya dan kemampuan  kerja semakin berkurang, sehingga tidak mampu menafkahi hidupnya. Apalagi  telah timbul cacat yang secara psikologis menimbulkan tekanan mental sehingga penderita mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat sekelilingnya.
    Akibat dari hal tersebut, dapat menyebabkan kerugian ekonomi terutama bagi keluarga, penderita tidak dapat bekerja secara normal dan kadang tidak bisa sama sekali. Begitu juga dengan hubungan intim suami istri, dapat terganggu akibat penyakit ini.
C.    PENYEBAB FILARIASIS
Filariasis di sebabkan oleh cacing filaria yang menyerupai benang yang hidup di dalam tubuh manusia. Cacing ini dapat bertahan hidup selama 3 sampai 6 tahun dalam kelenjar getah bening (bagian tubuh yang melindungi kita dari penyakit ). Cacing ini berkembang biak di dalam tubuh dan menghasilkan jutaan anak cacing yang beredar dlam darah. Filariasis disebabkan oleh tiga jenis cacing filaria yaitu : Whucereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori
D.    CARA MENCEGAH FILARIASIS
Prinsip pencegahan filariasis adalah melakukan pengobatan massal pada penduduk yang hidup di daerah endemik filariasis. Pengobatan pencegahan terhadap pendatang yang berasal dari daerah non endemik filariasis dan memberantas nyamuk yang menjadi vektor penularnya sesuai dengan daerah targetnya. Memperbaiki lingkungan agar bebas vektor serta mencegah gigitan nyamuk m,enggunakan repellet atau kelambu waktu tidur, meningkatkan upaya pencegahan penyebaran penyakit ini.
Masyarakat di harapkan untuk berperan serata dengan cara :
•    Memeriksakan dirinya pada petugas kesehatan  terhadap kemungkinan adanya tanda tanda dan gejala penyakit kaki gajah
•    Bersedia makan obat secara teratur sesuai jumlah dosis yang di anjurkan petugas kesehatan masyarakat.
•    Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan cara :
-    Tidur memakai kelambu
-    Lubang lubang angin rumah di tutup kawat kasa halus
-    Tidak membiarkan ternak di sekitar rumah
-    Membunuh nyamuk dengan obat nyamuk semprot dan bakar
-    Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk dan sebagainya
-    Menghilangkan tempat peeindukan nyamuk sehingga tidak memungkinkan perkembangan nyamuk.
Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan transmisi penyakit kaki gajah. Biasanya daerah endemis Brugia malayi adalah daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai, atau badan air yang lain deangan tanaman air. Sedangkan daerah endemis Whucereria bancrofti tipe pekotaan yaitu daerah daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor penularnya.
Membersihkan tempat perindukan nyamuk secra berkala dengan cara :
1.    Fisik , yaitu 3M ( menguras/ menyikat, mengubur, menutup tempat penutupan air)
2.    Biologi, yaitu memasukkan ikan ketempat penampungan air yang tidak mungkin untuk di kuras spt kolam
3.    Kimiawi yaitu pemberian bubuk larvasidasi

E.    TRANSMISI PENYAKIT GAJAH
Transmisi penyakit kaki gajah dapat terjadi bila ada tiga unsur yaitu
1.    Adanya sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoar yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya
2.    Adanya vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan penyakit kaki gajah
3.    Manusia yang rentan terhadap penyakit kaki gajah
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk vektor yang mengandung larva infektif atau larva stadium 3 (L3). Nyamuk vektor dapat menjadi infektif apabila nyamuk tersebut menghisap darah dari orang atau binatang reservoar yang mengandung mikrofilaria. Dengan demikian manusia atau hospes reservoar yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya merupakan sumber penularan. Kemampuan nyamuk vektor untuk mendapatkan mikroflilaria saat menghisap darah terbatas. Apabila mikrofilaria terlalu banyak terhisap oleh nyamuk vektor maka dapat menyebabkan kematian pada nyamuk tersebut. Sebaliknya apabila mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit maka kemungkinan terjadinya transmisi menjadi kecil.
F.    PERAWATAN BAGI YANG SUDAH CACAT
Meski penderita yang sudah cacat sukar di sembuhkan, penderita perlu perawatan untuk mengurangi penderitaannya dengan :
1.    Membersihkan bagian tubuh yang membengkak secara rutin dengan air dan sabun
2.    Memberikan obat obatan sesuai anjuran petugas kesehatan/puskesmas.


PENUTUP

KESIMPULAN
Filariasis adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun yang di sebabkan cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantong buah zakar, payudara dan kelamin wanita.
    Semua orang baik laki laki, perempuan, anak anak dan orang tua dapat terserang penyakit ini. Penyakit ini bukan karena kutukan, kena guna-guna atau keturunan.
    Penyakit kaki gajah bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan adekuat dapat menimbulkan cacat.  Meskipun penyakit kaki gajah tidak menimbulkan kematian secara langsung tetapi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah masalah sosial lainnya. Hal ini di sebabkan karena bila terjadi kecacatan menetap maka seumur hidup penderita tidak dapat bekerja secara optimal sehingga dapat menjadi beban keluarganya, merugikan masyarakat dan negara. Seringnya serangan akut pada penderita penyakit kaki gajah sangat menurunkan produktivitas kerja sehingga akhirnya dapat juga merugikan masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Soedarto,Prof.Dr. 2009. Penyakit Menular Di Indonesia,  Jakarta
Sibuea,Herdin, Dr.W. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta
Departemen Keshatan RI DirJen PPM & PL, Buku 1, Buku Saku Filariasis Bagi Masyarakat, Jakarta. 2001
Departemen Kesehatan RI DirJen PPM & PL, Buku 2. Epidemiologi Penyakit Kaki Gajah di Indonesia.  Jakarta. 2002
Departemen Kesehatan RI DirJen PPM & PL, Buku 3. Pedoman Penentuan Daerah Endemis Penyakit Kaki Gajah . Jakarta. 2004
Departemrn Kesehatan RI DirJen PPM & PL, Buku 3. Penyaki Menular Filariasis. Jakarta. 2004
Departemen Kesehatan RI DirJen PPM & PL, Buku 4. Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah. Jakarta. 2004
Departemen Kesehatan RI DirJen PPM & PL, Buku 6. Pedoman Promosi Kesehatan dalam Eliminasi Penyakit Kaki Gajah. 2006

Penyakit Gangguan Metabolisme Asam Amino

PENYAKIT PKU ( PHENYL KETON URIA )
    Asam amino merupakan komponen pembentuk protein. Penyakit keturunan pada pengolahan asam amino dapat menyebabkan gangguan pada penguraian asam amino maupun pemindahan asam amino ke dalam sel.
PENGERTIAN
PKU adalah singkatan dari phenylketonuria. Penyakit ini bersifat genetik autosom resesif. Tubuh penderita fenilketonuria tidak memiliki atau kekurangan enzim fenilalanin hidroksinase (PAH). Pada keadaan normal, fenilalanin (Phe) dapat diubah menjadi tirosin. Namun ketika tidak ada enzim fenilalanin hidroksinase, kadar fenilalanin menjadi sangat tinggi dalam darah dan sangat berbahaya bagi tubuh. Akibatnya adalah dapat menumpuk dalam darah, menjadi racun bagi otak, dan menyebabkan keterbelakangan mental
Fenilketonuria (fenilalaninemia, fenilpiruvat oligofrenia ) adalah suatu penyakit keturunan dimana tubuh tidak memiliki enzim pengolah asam amino fenilalanin, sehingga menyebabkan kadar fenilalanin yang tinggi di dalam darah, yang berbahaya bagi tubuh.
Dalam keadaan normal, fenilalanin diubah menjadi tirosin dan dibuang dari tubuh. Tanpa enzim tersebut, fenilalanin akan tertimbun di dalam darah dan merupakan racun bagi otak, menyebabkan keterbelakangan mental.
GEJALA
Pada saat bayi baru lahir biasanya tidak ditemukan gejala. Kadang bayi tampak mengantuk atau tidak mau makan. Bayi memiliki kulit, rambut dan mata yang berwarna lebih terang dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain yang tidak menderita penyakit ini. Ada juga bayi yang mengalami ruam pada kulit yang menyerupai eksim. Jika tidak diobati, bayi akan segera mengalami keterbelakangan mental yang biasanya bersifat berat.
Gejala pada anak anak yang menderita fenilketonuria tetapi tidak di obati atau tidak terdiagnosis adalah :
a.    Kejang
b.    Mual dan muntah
c.    Prilaku agresif atau melukai diri sendiri
d.    Hiperaktif
e.    Kadang kadang mengalami gejala psikis
f.    Bau badan seperti bau tikus karena di dalam air kemih dan keringatnya mengandung asam fenil asetat ( hasil pemecahan fenilalanin ).
Fenilketonuria pada wanita hamil memberikan dampak yang besar terhadap janin  yang di kandungnya yaitu menyebabkan keterbelakangan mental dan fisik. Bayi terlahir dengan kepala yang kecil (mikrosefalus) dan penyakit jantung. Jika selama hamil dilakukan pengawasan ketat terhadap kadar fenilalanin ibu, biasanya bayi yang lahir akan normal.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya kadar fenilalanin dan rendahnya kadar tirosin.
PENGOBATAN
    Pengobatan meliputi pembetasan asupan fenilalanin. Semua sumber protein alami mengandung 4% fenilalanin, karena itu mustahil untuk mengkonsumsi protein dalam jumlah yang cukup tanpa melebihi jumlah fenilalanin yang dapat diterima. Karena itu sebagai pengganti susu dan daging, penderita harus makan sejumlah makanan sintesis yang menyedikan asam amino lainnya. Penderita bisa makan makanan alami rendah protein seperti buah buahan, sayur sayuran dan gandum dalam jumlah tertentu.
    Untuk mencegah terjadinya keterbelakangan mental pada bayi, pada minggu pertama fenilalanin harus di batasi. Pembatasan yang di mulai sedini mungkin dan terlaksana dengan baik, memungkinkan terjadinya perkembangan yang normal dan mencegah kerusakan otak. Jika pembatasan ini tidak dapat dipertahankan, maka anak akan mengalami kesulitan disekolah. Pembatasan yang dimulai setelah anak berumur 2-3 tahun hanya bisa mengendalikan hiperaktivitas yang berat dan kejang. Pembatasan fenilalanin sebaiknya dilakukan sepanjang hidup penderita.

PENYAKIT ALKAPTONURIA
PENGERTIAN
    Alkaptonuria adalah gangguan yang terjadi pada metabolisme tirosin. Alkaptonuria lebih populer di daerah Slovakia dan di Republik Dominika. Yaitu terjadinya gangguan pada mutasi  gen alkaptonuria oksidase homogentisate. Gen oksidase homogentisate bekerja untuk membuat enzim yang disebut oksidase homogentisate. Enzim ini membantu asam amino fenilalanin dan Tirosin, yang merupakan blok protein yang signifikan. Karena alkaptonuria adalah resesif autosomal, maka ada kemungkinan semua keturunan di dalam sebuah keluarga tidak terkena penyakit ini. Namun, karena banyak orang yang mengalami penyakit ini tanpa didahului dengan gejala, maka frekuensi jumlah orang yang terdeteksi menjadi berkurang. 

GEJALA
Kondisi ini diwariskan dalam pola autosom resesif, yang berarti kedua salinan dari gen dalam sel masing-masing memiliki mutasi. Alkaptonuria sendiri adalah asimtomatik, tetapi sklera mata terlihat seperti mengalami pigmentasi dan kulit gelap di daerah sekitar kelenjar keringat apabila terkena sinar matahari, dan dapat menyebabkan keringat berwarna cokelat. Urin dapat berubah menjadi cokelat. Gejala utama alkaptonuria adalah akumulasi dari homogentisat asam dalam jaringan. Dalam sendi ini menyebabkan kerusakan tulang rawan, khususnya di tulang belakang dan menyebabkan sakit punggung pada usia muda dan ini banyak di temui., dapat juga dirasakan  di pinggul dan bahu. Pada jantung di temui pada penyakit katup jantung, terutama kalsifikasi dan regurgitasi aorta dan dari katup mitral.
Alkaptonuria diwariskan, yang artinya adalah diturunkan dari orang tua untuk anak-anak mereka. Penyakit arteri koroner dapat dipercepat dalam alkaptonuria. Laki-laki cenderung memiliki awal gejala rematik dengan tingkat keparahan yang lebih besar daripada perempuan, meskipun alasan untuk perbedaan ini tidak jelas. Visi biasanya tidak terkena dampak, namun pigmentasi di bagian putih mata terlihat jelas pada kebanyakan pasien dengan empat puluhan awal. Gigi, sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan organ endokrin mungkin juga terpengaruh. Seperti penyakit genetik, alkaptonuria sendiri tidak bisa dicegah, tetapi beberapa manifestasi, seperti arthritis, dapat diminimalkan dengan pengobatan. Kondisi ini tidak menyebabkan keterlambatan perkembangan atau gangguan kognitif dan umur individu yang terkena umumnya tidak sama. Beberapa gejala Alkaptonuria dapat dikendalikan dengan pengobatan.
PENGOBATAN
Diagnosis alkaptonuria perlu dicurigai sebelum melakukan pemeriksaan diagnostik menggunakan kromatografi. Baik plasma darah dan urin dapat digunakan untuk diagnosis. Tidak ada bentuk penanganan yang pasti dalam menghambat laju perjalanan penyakit alkaptonuria ini. Perawatan umumnya direkomendasikan meliputi pengendalian diet dosis fenilalanin dan tirosin dan pemberian asam askorbat dalam jumlah yang besar. Pembatasan diet mungkin tidak efisien pada anak, namun manfaat pada orang dewasa belum dibuktikan. Beberapa keuntungan di dapat pada pasien yang mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi. Hal ini telah ditunjukkan dengan terbentuknya pigmen coklat dalam tulang rawan dan dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan radang sendi.


PENYAKIT ALBINO

PENGERTIAN
Albino (dari bahasa Latin albus yang berarti putih), disebut juga hypomelanism atau hypomelanosis, adalah salah satu bentuk dari hypopigmentary congenital disorder. Ciri khasnya adalah hilangnya pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut (atau lebih jarang hanya pada mata). Albino timbul dari perpaduan gen resesif. Ciri-ciri seorang albino adalah mempunyai kulit dan rambut secara abnormal putih susu atau putih pucat dan memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil merah.
Albino adalah kelainan genetik, bukan penyakit infeksi dan tidak dapat ditransmisi melalui kontak, tranfusi darah, dsb. Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat membuat pigmen melanin. Sebagian besar bentuk albino adalah hasil dari kelainan biologi dari gen-gen resesif yang diturunkan dari orang tua, walaupun dalam kasus-kasus yang jarang dapat diturunkan dari ayah/ibu saja. Ada mutasi genetik lain yang dikaitkan dengan albino, tetapi semuanya menuju pada perubahan dari produksi melanin dalam tubuh.
Albino dikategorikan dengan tirosinase positif atau negatif. Dalam kasus dari albino tirosinase positif, enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk memproduksi melanin karena alasan tertentu yang secara tidak langsung melibatkan enzim tirosinase. Dalam kasus tirosinase negatif, enzim tirosinase tidak diproduksi atau versi nonfungsional diproduksi.
Seseorang dapat menjadi karier dari gen albino tanpa menunjukkan fenotif tertentu, sehingga seorang anak albino dapat muncul dari orang tua yang tidak albino. Albino tidak terpengaruh gender, kecuali ocular albino (terkait dengan kromosom X), sehingga pria lebih sering terkena ocular albino. Karena penderita albino tidak mempunyai pigmen melanin (berfungsi melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang datang dari matahari), mereka menderita karena sengatan sinar matahari, yang bukan merupakan masalah bagi orang biasa.

TIPE ALBINO
Sekitar satu dari tujuh belas ribu orang menjadi albino, walaupun 1-70 orang adalah pembawa, bukan penderita.
Ada dua kategori utama dari albino pada manusia :
1.    Oculocutaneous albinism (berarti albino pada mata dan kulit), kehilangan pigmen pada mata, kulit, dan rambut.
2.    Ocular albinism, hanya kehilangan pigmen pada mata. Orang-orang dengan oculocutaneous albinism bisa tidak mempunyai pigmen dimana saja sampai ke tingkat hampir normal. Orang-orang dengan ocular albinism mempunyai warna rambut dan kulit yang normal, dan banyak dari mereka mempunyai penampilan mata yang normal.
Tipe lain, yaitu :
•    Recessive total albinism with congenital deafness
•    Albinism black-lock cell-migration disorder syndrome (ABCD)
•    Albinism-deafness syndrome (ADFN) (yang sebenarnya lebih berhubungan dengan vitiligo).
Hanya tes genetik satu-satunya cara untuk mengetahui seorang albino menderita kategori yang mana, walaupun beberapa dapat diketahui dari penampilannya.
GEJALA
Dengan test genetik, dapat diketahui apa seseorang itu albino berikut variasinya, tetapi tidak ada keuntungan medis kecuali pada kasus non-OCA disorders yang dapat menyebabkan albino disertai dengan masalah medis lain yang dapat diobati. Gejala-gejala dari albino dapat diobati dengan berbagai macam metode.
Umumnya kelainan mata pada penderita albino adalah sebagai berikut :
•    Nystagmus, pergerakan bola mata yang irregular dan rapid dalam pola melingkar
•     Strabismus (”crossed eyes” or “lazy eye”).
•     Kesalahan dalam refraksi seperti miopi, hipertropi, dan astigmatisma.
•    Fotofobia, hipersensitivitas terhadap cahaya
•    Hipoplasi foveal – kurang berkembangnya fovea (bagian tengah dari retina)
•     Hipoplasi nervus optikus – kurang berkembangnya nervus optikus.
•     Abnormal decussation (crossing) dari fiber nervus optikus pada chiasma optikus.
•     Ambliopia, penurunan akuisitas dari satu atau kedua mata karena buruknya transmisi ke otak   sering karena kondisi lain seperti strabismus.
Hilangnya pigmen juga membuat kulit menjadi terlalu sensitif pada cahaya matahari, sehingga mudah terbakar, sehingga penderita albino sebaiknya menghindari cahaya matahari atau melindungi kulit mereka.
PENGOBATAN
Albino adalah suatu kondisi yang tidak dapat diobati atau disembuhkan, tetapi ada beberapa hal kecil yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup. Yang terpenting adalah memperbaiki daya lihat, melindungi mata dari sinar terang, dan menghindari kerusakan kulit dari cahaya matahari. Kesuksesan dalam terapi tergantung pada tipe albino dan seberapa parahnya gejala. Biasanya, orang dengan ocular albinism lebih mempunyai pigmen kulit normal, sehingga mereka tidak memerlukan perlakuan khusus pada kulit.

Pembedahan
Biasanya pengobatan untuk kondisi mata terdiri dari rehabilitasi visual. Pembedahan mungkin untuk otot mata untuk menurunkan nystagmus, strabismus, dan kesalahan refraksi seperti astigmatisma. Pembedahan strabismus mungkin mengubahan penampilan dari mata. Pembedahan untuk nistagmus mungkin dapat mengurangi perputaran bola mata yang berlebihan. Efektifitas dari semua prosedur ini bervariasi, tergantung dari keadaan masing-masing individu. Namun harus diketahui, pembedahan tidak akan mengembalikan fovea ke kondisi normal dan tidak memperbaiki daya lihat binocular. Dalam kasus esotropia (bentuk “crossed eyes” dari strabismus), pembedahan mungkin membantu daya lihat dengan memperbesar lapang pandang (area yang tertangkap oleh mata ketika mata melihat hanya pada satu titik).

Bantuan Daya Lihat
Kacamata dan ‘bantuan daya lihat’ lain dapat membantu orang albino, walaupun daya lihat mereka tidak dapat dikoreksi secara lengkap. Beberapa penderita albino cocok menggunakan bifocals (dengan lensa yang kuat untuk membaca), sementara yang lain lebih cocok menggunakan kacamata baca. Penderita pun dapat memakai lensa kontak berwarna untuk menghalangi tranmisi cahaya melalui iris. Beberapa menggunakan bioptik, kacamata yang mempunyai teleskop kecil di atas atau belakang lensa biasa, sehingga mereka lebih dapat melihat sekeliling dibandingkan menggunakan lensa biasa atau teleskop. Walaupun masih menjadi kontroversi, banyak ophthalmologist menyarankan penggunaan kacamata dari masa kecil sehingga mata dapat berkembang optimal.

Perlindungan terhadap Sinar Matahari
Penderita albino diharuskan menggunakan sunscreen ketika terkena cahaya matahari untuk melindungi kulit prematur atau kanker kulit. Baju penahan sinar matahari dan pakaian renang juga merupakan alternatif lain untuk melindungi kulit dari cahaya matahari yang berlebihan.
Penggunaan kacamata dan topi dapat membantu pula. Barang lain yang dapat membantu orang-orang dengan albino adalah menghindari perubahan tiba-tiba dari situasi cahaya dan menambahkan kaca penahan sinar matahari. Cahaya lebih baik tidak langsung mengenai posisi biasa dari penderita albino (seperti tempat duduk mereka pada meja makan). Jika mungkin, penderita albino lebih memilih untuk terkena cahaya di bagian punggung daripada di bagian muka.

MITOS-MITOS SALAH DALAM ALBINO
1.    Orang albino itu steril, padahal tidak demikian. Fungsi reproduksi mereka tidak mengalami gangguan apapun.
2.    Orang albino mempunyai umur pendek. Ini tidak benar secara umum, tetapi lebih disebabkan karena orang albino mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk menderita kanker kulit jika tidak memakai pelindung dari sinar matahari.
3.    Hubungan seksual dengan orang albino dapat membuat pasangannya terkena penyakit. Jelas tidak benar.


PENYAKIT SYRUP MEPEL/
MAPLE SYRUP URINE DESEASE (MSUD
)

PENGERTIAN
Maple Syrup Urine Desease (MSUD) adalah gangguan yang mempengaruhi metabolisme asam amino. Gangguan mempengaruhi cara tubuh memetabolisme protein komponen-komponen tertentu. Komponen ini adalah tiga cabang-rantai asam amino leusin, isoleusin, dan valin. Asam amino ini menumpuk di dalam darah menyebabkan efek toksik yang mengganggu fungsi otak. MSUD disebabkan oleh kekurangan enzim metabolisme cabang rantai asam keto-dehidrogenase (BCKDH), yang mengarah ke penumpukan dari cabang rantai asam amino (leucine, isoleucine, dan valine) dan bersifat racun dalam darah dan urin.
Penyakit syrup mapel ini di temukan 1 dari 185.000 bayi di seluruh dunia. Cacat gen penyakit ini bersifat genetik resesif autosom dan di turunkan dari generasi ke generasi. Untuk setiap kehamilan dari orang tua yang membawa gen ini, ada kemungkinan 25% anak mereka akan lahir dengan penyakit yang sama dan 50% anak akan membawa gen cacat tersebut. Orang dengan kondisi ini, metabolisme dalam tubuhnya tidak dapat memecah cabang rantai leusin asam amino, isoleusin dan valin. Hal ini menyebabkan penumpukan zat-zat kimia dalam darah. Dalam bentuk yang paling parah, MSUD dapat merusak otak selama stres fisik seperti infeksi, demam, atau tidak makan untuk waktu yang lama.
GEJALA
Gejala-gejala penyakit urin sirup maple adalah kurang nafsu makan, muntah, dehidrasi, letargi, hipotonia, kejang, ketoasidosis, dan penurunan neurologis.
PENGOBATAN
Dua aspek utama untuk pengobatan penyakit urin sirup maple (MSUD) jangka panjang manajemen dan pengobatan episode dekompensasi metabolik akut. Dialisis peritoneal atau hemodialyses digunakan untuk mengurangi tingkat asam amino.
Pengobatan jangka panjang memerlukan diet khusus. Diet termasuk formula bayi sintetik dengan level di bawah dari asam amino leusin, isoleusin, dan valin. Tujuan dari terapi diet adalah untuk menormalkan kembali cabang-rantai asam amino (terutama leusin) dengan membatasi asupan cabang rantai asam amino tanpa pertumbuhan merusak dan pengembangan intelektual. Terapi diet harus seumur hidup. Terapi gen juga merupakan pengobatan yang potensial di masa depan untuk pasien dengan MSUD.


PENYAKIT GAUCHER

PENGERTIAN
Penyakit Gaucher adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan penimbunan glukoserebrosid, yang merupakan hasil metabolisme lemak.
PENYEBAB
    Kelainan genetik yang menyebabkan penyakit gaucher bersifat resesif. Penderita memiliki 2 gen yang abnormal sehingga dapat menyebabkan penyakit ini.
GEJALA
    Penyakit ini menyebabkan pembesaran hati dan limpa serta pigmentasi kecoklatan pada kulit. Penimbunan glikosesrebrosid di dalam mata menyebabkan bintik kuning yang di sebut pinguekula. Penimbunan glukosesrebrosid di dalam sum sum tulang dapat menyebabkan nyeri.
    Penyakit ini memiliki 3 bentuk :
1.    Tipe 1 : Bentuk dewasa menahun.
Sebagian besar penderita penyakit ini menunjukkan bentuk dewasa menahun.
Terjadi pembesaran hati dan limpa disertai kelainan tulang.
2.    Tipe 2 : Bentuk infantil.
Terjadi pada masa bayi.
Bayi dengan penyakit ini mengalami pembesaran limpa dan kelainan sistem saraf yang berat.
Leher dan punggung mereka menjadi kaku akibat kejang otot.
Bayi-bayi ini akan meninggal dalam waktu 1 tahun.
3.    Tipe 3 : Bentuk juvenil.
Bisa dimulai kapan saja pada masa kanak-kanak.
Anak-anak dengan penyakit ini mengalami pembesaran hati dan limpa, kelainan tulang dan kelainan sistem saraf yang berkembang secara lambat.
Anak-anak yang dapat bertahan sampai masa remaja, bisa hidup selama beberapa tahun.

Kelainan tulang dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada sendi. Pada kasus yang berat bisa terjadi anemia dan ketidak mampuan untuk menghasilkan sel-sel darah putih dan trombosit. Penderita tampak pucat, lemah, mudah terkena infeksi dan perdarahan yang berlebihan.
DIAGNOSA
    Jika di temukan pembesaran hati atau anemia dan di curigai penyakit gaucher, maka dilakukan biopsi hati atau sum sum tulang untuk memperkuat diagnosis. Diagnosis pada janin sebelum dilahirkan dapat dilakukan dengan memeriksa sel sel yang di peroleh dari contoh villi chorion atau amniosentesis ( pemeriksaan cairan ketuban ).
PENGOBATAN
    Penyakit ini dapat di obati dengan terapi sulih enzim. Biayanya sangat tinggi, dimana enzim di berikan secara intra vena yang biasanya dilakukan 2x seminggu. Terapi ini sangat efektif pada penderita yang tidak memilki komplikasi sistem syaraf. Sedandkan untuk mengatasi anemia bisa di lakukan transfusi darah.
Pengangkatan limpa melalui pembedahan dilakukan untuk :
1.    Mengobati anemia
2.    Meningkatkan jumlah sel darah putih yang rendah
3.    Mengobati jumlah trombosit yang rendah
4.    Mengurangi rasa tidak nyaman akibat limpa yang membesar.


PENYAKIT NIEMANN-PICK
PENGERTIAN
    Penyakit Niemann-Pick adalah suatu penyakit keturunan di mana terjadi kekurangan suatu enzim khusus yang mengakibatkan penimbunan dari sfingomielin ( hasil metabolisme lemak ) atau terdapat penimbunan kolesterol yang abnormal.
PENYEBAB
    Gen yang bertanggung jawab terhadap penyakit Niemann-Pick bersifat resesif, jadi sesorang yang menderita penyakit ini memiliki 2 gen dari kedua orangtuanya. Penyakit ini paling banyak terjadi pada keluarga yahudi.
GEJALA
    Penyakit Niemann-Pick memiliki lima bentuk atau lebih, tergantung pada beratnya kekurangan enzim atau beratnya penimbunan kolesterol. Pada bentuk juvenil berat yang disertai dengan kekurangan enzim, sama sekali tidak terdapat enzim. Terjadi kelainan sistem syaraf yang berat karena syaraf tidak dapat menggunakan sfingomielin untuk menghasilkan mielin (selubung syaraf).
    Anak anak dengan penyakit ini memiliki pertumbuhan lemak di dalam kulit, memiliki daerah pigmentasi yang gelap serta mengalami pembesaran hati,limpa dan kelenjar getah bening. Anak anak tersebut juga bisa mengalami retardasi mental. Anak anak ini biasanya mengalami anemia dengan jumlah sel darah putih dan trombosit yang rendah, yang membuat mereka mudah terkena infeksi dan mudah memar.
DIAGNOSA
    Beberapa bentuk penyakit Niemann-Pick dapat di diagnosis pada janin dengan mengambil contoh vilus korion atau amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban). Sesudah lahir diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan biopsi hati.
PENGOBATAN
    Penyakit Niemann-Pick dapat di obati, dan anak anak yang menderita penyakit ini cenderung meninggal karena infeksi atau kelainan fungsi sistem syaraf pusat yang progresif.

IKA-Pneumonia

tugas pemasaran

ILMU SYARAF- STROKE

STROKE

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ILMU SYARAF ini dengan judul “ Stroke“. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Syaraf Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Fort De Kock Bukittinggi.

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman teman yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.


                            Bukittinggi, September 2012

                               
                                           Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).
Batasan yang dikemukakan oleh WHO Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular Disease tahun 1989, stroke secara klinis adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.
Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktik, stroke (bahasa Inggris) umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPD), mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak.
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif.
Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia.
1.2    Rumusan dan Batasan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1.    Pengertian Stroke
2.    Jenis/ Bentuk/ Klasifikasi Stroke
3.    Faktor Resiko
4.    Mekanisme Kausal Terjadinya Penyakit
5.    Tanda dan Gejala Klinis
6.    Diagnosis
7.    Upaya Pencegahan
8.    Pengobatan
1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Syaraf
2.    Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Stroke
3.    Untuk mengetahui seberapa besar pengembalian kesehatan orang yang terkena Stroke.
4.    Untuk mengetahui cara penyembuhan Stroke.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFENISI
WHO mendefinisikan bahwa Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Batasan yang dikemukakan oleh WHO Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular Disease tahun 1989, stroke secara klinis adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu. Pada umumnya disfungsi itu berupa hemiparalisis atau hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik dengan atau tanpa gangguan fungsi luhur. Di dalam praktik, stroke (bahasa Inggris) umum digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPD), mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).
Pengertian Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana Stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.
Sumber lain menyebutkan bahwa Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

Stroke atau Cerebral Vaculer Accident (CVA) adalah gangguan dalam sirkulasi intracerebral yang berkaitan insuffiency, trombosit, emboli, atau perdarahan. Penyakit serebrovaskuler/stroke menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah otak. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.

2.2    KLASIFIKASI STROKE
Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua macam, yakni:
1.    Cerebral haemorrhage (stroke hemorajik), yaitu stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh darah.
Stroke Hemoragik merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun biasa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otak di bagi dua yaitu :
a)     Perdarahan intraserebral, pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang di sebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen,talamus,pons dan serebelum.
b)     Perdarahan subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atsu AVM . aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak , meregangnya struktur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiprase , gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain). Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga tibul nyeri kepala hebat.sering pula di jumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penuurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain).
Pada Stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus Stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.


Gambar hemorrhagic Stroke



2.  Stroke Non Hemoragik yaitu stroke yang terjadi karena sumbatan pembuluh darah.
Dapat berupa iskemik atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemik yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.
  Menurut perjalanan penyakitnya :
a.       TIA (transient ischemic attoks)
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b.      RIND (reversible iskemik neurologik defisit)
Terjadi lebih lama dari pada TIA , gejala hilang < 24 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
c.       Progesif stroke inevaluation
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai akut munculnya gejala makin lama semakin buruk proses pregresif berupa jam sampai beberapa hari 
d.      Stroke komplet (stroke lengkap)
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplet dapat di awali oleh serangan TIA berulang.
Pada Stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami Stroke jenis ini. Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
1.    Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2.    Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3.    Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Dilihat dan gejalanya, stroke terbagi menjadi tiga macam, yakni:
1. Stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam).
2. Stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu).
3. Stroke berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh total, bahkan dalam beberapa bulan (tahun) bisa mengakibatkan kematian.
2.3    FAKTOR RESIKO
Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah Stroke disebut dengan Faktor Risiko Stroke. Faktor resiko medis penyakit tersebut di atas antara lain disebabkan oleh:
1.    Hipertensi,
2.    Penyakit Jantung,
3.    Diabetes Mellitus,
4.    Hiperlipidemia (peninggian kadar lipid dalam darah),
5.    Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
6.    Riwayat Stroke dalam keluarga,
7.    Migrain.
Faktor resiko perilaku, antara lain:
1.    usia lanjut,
2.    obesitas,
3.    merokok (pasif/ aktif),
4.    Alkohol,
5.    Mendengkur,
6.    Narkoba,
7.    Kontrasepsi oral,
8.    suku bangsa (negro/spanyol),
9.    jenis kelamin (pria),
10.    Makanan tidak sehat (junk food, fast food),
11.    kurang olah raga.
2.4    MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT
Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan Stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan Stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.

2.5    TANDA DAN GEJALA KLINIS
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala Stroke terbagi menjadi berikut:
1.    Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
2.    Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
3.    Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal Stroke. Pada sumber lain tanda dan gejala Stroke yaitu:
•    Adanya  serangan defisit neurologis fokal, berupa Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
•    Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar
•    Mulut, lidah mencong bila diluruskan
•    Gangguan menelan : sulit  menelan, minum suka keselek
•    Bicara tidak jelas (pelo), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat dimengerti atau tidak dipahami  (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang  terucap
•    Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
•    Tidak  memahami  pembicaraan  orang lain
•    Tidak  mampu  membaca  dan menulis, dan tidak memahami tulisan
•    Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun
•    Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
•    Hilangnya kendalian terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari
•    Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil
•    Menjadi pelupa ( dimensia)
•    Vertigo ( pusing, puyeng ), atau perasan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas
•    Awal  terjadinya  penyakit  (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada  saat  beristirahat atau bangun  tidur
•    Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandangan tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat
•    Kelopak  mata sulit  dibuka  atau  dalam keadaan terjatuh
•    Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau  pendengaran  berkurang
•    Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau tertawa
•    Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
•    Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh
•    Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri
2.6    MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke
1.      Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa  :
a.       Defisit neurologis mendadak , didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi.
b.      Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
c.       Terjadi terutama pada usia >50 tahun
d.      Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya

2.      Gejala klinis pada stroke  akut berupa :
a.       Kelumpuhan wajah atau anggota badan ( biasanya hemiparesis ) yang timbul mendadak
b.      Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik )
c.       Perubahan mendadak pada status mental ( konfusi, delirium , latergi, stupor, atau koma )
d.      Afasia  ( tidak lancar atau tidak dapat bicara )
e.       Disatria ( bicara pelo atau cadel )
f.        Ataksia ( tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran )
g.       Vertigo ( mual dan muntah atau nyeri kepala )

2.7    DIAGNOSIS
Stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus Stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus Stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus Stroke hiperakut.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari Stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.

2.8    PENCEGAHAN
Stroke sangat dapat dicegah, hampir 85% dari semua Stroke dapat dicegah , karena ancaman Stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat Stroke. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.
Meskipun hanya terserang stroke sementara, namun dianjurkan pada penderita untuk cepat-cepat ke rumah sakit atau dokter terdekat. Penanganan dokter atau pihak rumah sakit tersebut akan menentukan kesembuhan penderita itu.
Sejumlah penderita dapat sembuh dan stroke, namun banyak yang meninggal atau mengalami cacat permanen (kelumpuhan, gangguan bicara dan kehilangan sebagian daya ingat). Stroke hemorajik memiliki probabiliitas lebih besar sebagai penyebab cacar atau kematian ketimbang stroke iskemik.
Seorang yang pernah mengalami stroke ringan bisa mendapatkan serangan stroke ulangan. Bahkan risiko berulangnya stroke sangat tinggi. Kurang lebih dan lima penderita akan mendapat stroke sekunder dalam waktu lima tahun. Namun seiring perkembangan pengobatan stroke, risiko berulangnya penyakit itu bisa dikurangi.
Asam asetil salisilat yang banyak dipakai oleh penderita stroke iskemik (TIA) dapat mengurangi risiko stroke sekunder sebesar 25 – 33 %. Operasi untuk menghilangkan sumbatan pada arteri karotid yang mengalirkan darah ke otak juga dapat mengurangi risiko stroke pada penderita stroke iskemik (TIA). Akan tetapi hanya sebagian kecil penderita yang dapat menjalani operasi in Obat-obat anti pembekuan darah dapat pula digunakan untuk mengurangi risiko stroke yang dikarenakan gangguan irama jantung. Namun, hanya sebagain kecil penderita yang menerimanya. Siapapun tidak akan pernah tahu kapan stroke datang.
Tapi, langkah-langkah pencegahan di bawah ini mungkin bisa menjadi angin segar bagi semua orang :
+ Rutin memeriksa tekanan darah
Tingkat tekanan darah adalah faktor paling dominan pada semua jenis stroke. Makin tinggi tekanan darah makin besar risiko terkena stroke. Jika tekanan darah meningkat, segera konsultasikan dengan seorang dokter. Tekanan darah yang harus diwaspadai adalah jika angka tertinggi di atas 135 dan angka terbawah adalah 85.
+ Waspadai gangguan irama jantung (attrial fibrillation)
Detak jantung tidak wajar menunjukkan perubahan fungsi yang mengakibatkan darah terkumpul dan menggumpal di dalam jantung. Detak jantung yang mampu menggerakkan gumpalan darah sehingga masuk pada aliran darah itu mengakibatkan stroke. Gangguan irama jantung dapat dideteksi dengan menilai detak nadi.
+ Berhenti merokok dan anti alkohol
Rokok dapat meningkatkan risiko stroke dua kali lipat. Sebagaimana rokok, alkohol dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit lain seperti liver.
+ Periksa kadar kolesterol dalam tubuh
Mengetahui tingkat kolesterol dapat meningkatkan kewaspadaan stroke. Kolesterol tinggi mengarah pada risiko stroke. Jika kolesterol tinggi, maka segeralah untuk menurunkannya dengan memilih makanan rendah kolesterol. Agar kolesterol dalam tubuh tidak berlebihan, maka gantilah asupan lemak jenuh dengan asupan asam lemak tak jenuh, seperti: omega 3, 6 dan 9.
+ Kontrol kadar gula darah
Diabetes mampu meningkatkan risiko stroke. Jika Anda penderita diabetes, konsultasilah dengan seorang dokter mengenai makanan dan minuman yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan gula darah.

+ Olah raga teratur
Jalan cepat minimal 30 menit sehari bisa menurunkan risiko stroke. Anda juga bisa melakukan olahraga renang, sepeda, dansa, golf, atau tenis. Pilih olahraga yang Anda sukai dan lakukan secara teratur tiga kali seminggu.
+ Konsumsi garam rendah sodium dan diet lemak
Kurangi konsumsi garam bersodium tinggi. Sebaliknya konsumsilah buah, sayuran, dan gandum untuk mengurangi risiko stroke.
+ Waspadai gangguan sirkulasi darah
Stroke berkaitan dengan jantung, pembuluh arteri dan vena. Tiga bagian ini penting bagi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk dan jantung ke otak. Ketika terdapat tumpukan lemak yang menghambat aliran, maka risiko stroke meningkat. Masalah ini dapat diobati. Operasi pula mampu mengatasi tumpukan lemak yang menghambat pembuluh arteri.

Namun dapat kita kelompokkan pencegahan stroke dalam beberapa bagian yaitu :
1.    Pencegahan Stroke Primordial / awal
 Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko bagi individu yang belum mempunyai faktro risiko. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat.  Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke hemoragik melalui ceramah, media cetak, media elektronik.
2.    Pencegahan Primer
 Tujuan primer adalah mengurangi timbulnya factor risiko stroke bagi individu yang mempunyai factor risiko tetapi belum menderita stroke denfan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain :
a. Menghindari merokok, stress mental, alcohol , kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kpkain, dan sejenisnya.
b. Mengurangi kolesterol, lemak dalam makanan seperti jeroan, daging berlemak, goring-gorengan.
c. Mengatur pola makan yang sehat seperti kacang-kacangan, susu dan kalsium, ikan,serat, vitamin yang diperoleh dari makanan dan bukan suplemen( vit.C,E,B6,,B12 dan beta karoten), the hijau dan the hitam serta buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Mengendalikan factor risiko stroke, seperti hipertensi, diabetes mellitus,penyakit jantung dan lain-lain.
e. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur, minimal jalan kaki selama 30 menit, cukup istirahat dan check up kesehatan secara teratur minimal 1 kali setahun bagi yang berumur 35 tahun dan 2 kali setahun bagi yang berumur di atas 60 tahun.

3. Pencegahan Sekunder
Untuk pencegahan sekunder, bagi mereka yang pernah mendapat stroke, dianjurkan:
a. Hipertensi : diet, obat antihipertensi yang sesuai
b. Diabetes milletus : diet, obat hipoglikemik oral/insulin
c. Penyakit jantung aritmik nonvalvular (antikoagulan oral)
d. Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat antidislipidemia
e. Berhenti merokok
f. Hindari alcohol, kegemukan dan kurang gerak
g. Polisitemia
h. Asetosal ( asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama. Tiklopidin diberikan pada penderita yang tidak tahan asetosal.
i. Antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan factor risiko penyakit jantung dan kondisi koagulopati yang lain
j. Tindakan bedah lainnya

4. Pencegahan Tertier
Meliputi program rehabilitasi penderita stroke yang diberikan setelah terjadi stroke. Rehabilitasi meningkatkan kembali kemampuan fisik dan mental dengan berbagai cara. Tujuan program rehabilitasi adalah memulihkan independensi atau mengurangi ketergantungan sebanyak mungkin. Cakupan program rehabilitasi stroke dan jumlah spesialis yang terlibat tergantung pada dampak pasien dan orang yang merawat.





2.9    PENGOBATAN STROKE
1.      Non Farmakologi (non pembedahan)
a.       Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan riwayar ulkus , uremia dan kegagalan hepar . sodium heparin di berikan secara subkutan atau melalui IV drip.
b.      Penytonin (dilantin) dapat di gunakan untuk mencegah kejang .
c.       Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untk lebih dulu untuk menghancurkan trombotik dan embolik
d.      Epsilon-aminocaproic acid (amicar) dapat digunakan untuk stabilkan bekuan di atas anurisma yang ruptur.
e.       Calcium channel blocker (nimodipine) dapat di berikan untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah.

2.      Farmakologi  (pembedahan)
a.       Karotid endarterektomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
b.      Superior temporal arteri – middle serebral arteri anastomisis dengan melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali  aliran darah pada daerah yang di pengaruhi.

Jika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya pasien mengalami TIA , maka dapat diberikan obat antiplatelet. Obat- obat termasuk Parasantine
•     Boehringer Ingelheim,
•    Riggefield , CT
•     Anturane (ciba Pharmaceutical Co Summit NJ) dan
•     aspirin.
Obat-obat mengurangi perlekatan platelet dan diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa trombolitik atau embolitik dimasa mendatang. Obat-obatan antiplatelet merupakan kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti halnya pada heparin.
Bloker saluran kalsium seperti nimodipin dapat digunakan untuk mengobati vasospasme serebral. Obat-obatan ini merileksasikan otot polos pembuluh darah. Vasospasme merupakan peristiwa yang paling umum setelah terjadnya rupture aneurisme serebral. Trental (pentoksifiline Hoechst Roussel Pharmaseuticals Somerville NJ) dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapilar mikrosirkulasi , sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami iskemi.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:
•    1/3 –> bisa pulih kembali,
•    1/3 –> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang,
•    1/3 sisanya –> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke. Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak. Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan. Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
2.10    PENATALAKSANAAN STROKE
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.




2.11    PERBEDAAN STROKE DENGAN PENYAKIT BELL’S PALSY
BANYAK orang menganggap serangan bell’s palsy sebagai stroke. Padahal dua penyakit ini sangat berbeda karena bell’s palsy tidak disertai kelemahan anggota gerak seperti stroke.
Seperti stroke, penyakit ini biasanya menyerang secara tiba-tiba. Lagi-lagi pascaserangan, beberapa penderita mengalami gangguan seperti pascastroke. Gangguan tersebut antara lain wajah tidak simetris, mulut mencong, hingga kelopak mata tak bisa menutup sempurna. Bell palsy adalah penyakit yang ditemukan oleh Sir Charles Bell, seorang ahli bedah Skotlandia yang menemukan penyakit ini pada abad ke-19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam.
Walaupun demikian, wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan, serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Itulah yang membuat penyakit ini dianggap sebagai stroke.
Pada beberapa kasus serangan bell’s palsy disertai dengan hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdengung, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang terjadi diawali nyeri pada telinga yang sering kali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, kanan atau kiri termasuk wajah. Sedangkan pada bell’s palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang berada di daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60 persen bagian depan lidah dan sebagian telinga, itulah sumber serangan bell’s palsy. serangan bell’s palsy sering terjadi ketika seseorang baru bangun dari tidur.
Biasanya wajah terasa mencong sebelah dan salah satu mata sulit ditutup dengan rapat. Ketika mencoba untuk minum, air akan keluar dari mulut karena saraf bagian wajah tidak bisa digerakkan dengan normal. “Bedanya dengan stroke, bell’s palsy tidak diiringi dengan kelumpuhan separo badan. bell’s palsy hanya menyerang bagian wajah,” tutur dokter yang berdomisili di Kelapa Gading tersebut.
Bell’s palsy, menurut dia, juga dapat terjadi pada pria atau wanita dengan segala usia. Penyakit ini disebabkan kerusakan saraf fasialis yang bisa pula diawali radang, penekanan atau pembengkakan.  Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti. Kendati demikian, para ahli meyakini infeksi virus herpes simpleks sebagai penyebabnya. Dengan begitu, terjadi proses radang dan pembengkakan saraf.  Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.
Sekitar 80-85 persen kasus bell’s palsy, dapat sembuh dalam tiga bulan. Akan tetapi, beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12.
Terapi adalah cara tepat untuk penyembuhan. Mata adalah bagian yang harus diperhatikan pada penderita bell’s palsy. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna yang tentu saja menimbulkan masalah baru, seperti iritasi serta infeksi mata. Untuk mencegah infeksi, berikan air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif. “Yang harus juga diperhatikan adalah melakukan latihan wajah. Lakukan minimal dua atau tiga kali sehari dan perhatikan pula kualitas latihan wajah,” kata dia.
Pada fase akut, latihan dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah. Pijatan ini bisa meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal agar menggerakkan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin.
2.12 PEMERIKSAAN FISIK PADA STROKE
a)Keadaan umum
(1)Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
(2)Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
(3)Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b)Pemeriksaan integumen
(1)Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest 2-3 minggu
(2)Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
(3)Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c)Pemeriksaan kepala dan leher
(1)Kepala : bentuk normocephalik
(2)Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
(3)Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d)Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e)Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f)Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus : Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g)Pemeriksaan ekstremitas : Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h)Pemeriksaan neurologi : Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.